Tags

, , , , ,

Waterfall Poster

( 。・_・。)(。・_・。 )

Title : Waterfall 1

Pairing/Charas : Wonkyu, Kangin, Leeteuk, Yesung, more to come

Disclaimer : All casts are belong to their self and God, the poster were made by @SuciiCho

Warning : Un-betaed, GS, Attempt humor, OOC, AU, Family, Angst

( 。・_・。)(。・_・。 )

Seorang lelaki, ah mungkin lebih tepatnya dikatakan seorang pemuda sedang berjuang dengan beratnya pekerjaan kasar yang sedang dia lakukan saat ini. Peluh sudah memenuhi hampir seluruh tubuh atletis berwarna coklatnya tersebut karena pemuda itu sudah bekerja sejak pagi sampai sesore ini.

Pemuda itu berhenti sejenak mengangkat karung-karung berisi semen itu dan menyeka keringat yang membasahi kening sampai dagunya. Pemuda itu baru saja akan melakukan pekerjaannya lagi ketika mandor bangunan tempatnya bekerja, memanggilnya untuk segera menghadap dirinya.

Pemuda itu langsung berlari ke arah sang mandor dan dalam semenit, dia sudah berdiri dengan tegap di hadapan mandor yang lebih pendek darinya itu. Pemuda itu membungkuk sejenak sebelum menatap langsung mata mandor yang terlihat bijak itu.

“Siwon-ah ini.” Ucapnya singkat sambil memberikan sebuah amplop putih. Pemuda yang dipanggil Siwon itu tampak kebingungan dengan amplop yang disodorkan kepadanya. Dengan ragu, Siwon mengambil amplop itu dan kembali menatap mata sang mandor, meminta penjelasan. Sang mandor yang mengerti arti tatapan mata Siwon itu, langsung menjawab tanpa perlu Siwon bertanya kepadanya.

“Maafkan aku Siwon-ah, tapi mulai besok kau tidak usah datang bekerja lagi disini.” Jelas mandor itu dengan nada menyesal di suaranya.

Awalnya Siwon terlihat terkejut sampai dia membelalakan mata dan membuka sedikit mulutnya ketika telinga kanannya yang masih berfungsi dengan benar itu mendengar kabar buruk ini. Tapi lambat lain, wajah Siwon mulai terlihat datar seakan dia tahu penyebab mengapa dia di pecat seperti ini.

“Pasti tuan Jung yang menyuruh anda untuk memecat saya.” Sahutnya datar dan mengangguk mengerti. Sang mandor menatap Siwon dengan prihatin. Sebenarnya dia juga tidak mengerti mengapa pimpinan perusahaannya itu begitu mendesak agar dia segera memecat Siwon.

“Tak apa tuan Song, saya mengerti. Terima kasih karena anda mau menerima saya meski saya hanya gelandangan.”

“Siwon-ah.”

“Sampai jumpa lagi.” Pamit Siwon sambil berjalan ke arah sebuah ruangan kecil tempat para pekerja menyimpang tas dan barang bawaan mereka. Sang mandor hanya mampu terpaku memandang punggung bidang milik Siwon menghilang di balik pintu ruangan tadi.

Sang mandor bernama tuan Song itu, masih sangat menyayangkan Siwon harus pergi seperti ini. Baginya pemuda itu sangat rajin dan baik meski irit bicara. Terlebih lagi jika perawakannya tidak berantakan dan penuh debu itu, pasti Siwon akan terlihat sangat tampan.

Sayangnya, Siwon tidak perduli dengan penampilannya sendiri. Dia membiarkan wajahnya dipenuhi dengan kumis dan jenggot. Rambutnya pun dia biarkan panjang mencapai cerug leher mendekati bahu dan selalu dia kuncir kuda. Pakaiannya hanya dua setel berupa kaos oblong biasa dan celana jeans dengan satu jaket yang selalu dia pakai kemana-mana.

Bagi tuan Song, mungkin Siwon bisa mendapatkan pekerjaan yang lebih baik jika dia mau berbenah diri. Permasalahannya adalah Siwon bisa dikatakan tunawisma. Untuk mendapatkan pekerjaan, Siwon membutuhkan alamat tempat dia tinggal. Setampan apapun Siwon, jika dia tunawisma, maka akan sulit baginya untuk mendapat pekerjaan. Siwon bisa bekerja di konstruksi ini pun karena tuan Song yang berbaik hati melihat Siwon yang benar-benar membutuhkan uang. Apalagi ketika dia mendengar bahwa Siwon tinggal di tempat sauna bahkan beberapa kali dia harus tidur di kursi taman, membuat tuan Song mengkasihani Siwon dan langsung memberinya pekerjaan di tempat itu.

Namun sekarang, Siwon tidak bisa lagi bekerja di tempatnya sejak tuan Jung, pimpinan perusahaan yang memberikan perusahaan konstruksinya proyek ini, mendesaknya untuk memecat Siwon. Tuan Song tidak tahu apa alasannya, hanya saja dia merasa tuang Jung mengenal Siwon secara dekat.

Apapun itu, dalam hati tuan Song berdoa agar Siwon baik-baik saja. Tuan Song berdoa agar Siwon secepatnya bisa mendapatkan pekerjaan lagi untuk menyambung hidupnya.

Sementara itu, Siwon yang kini kembali menjadi pengangguran lagi, berjalan perlahan sambil menenteng jaketnya. Kelihatannya pemuda dengan tinggi badan lumayan itu tampak santai meski dia baru saja di pecat. Siwon bahkan bersiul-siul kecil, melangkahkan kakinya menuju tempat sauna dimana dia biasa tinggal. Siwon belum menyadari mobil sedan mewah yang mengikutinya sejak dia keluar dari lokasi kontruksi tadi.

Di dalam mobil mewah itu terlihat seorang pria berumur di akhir kepala empat itu terus mengawasi geark gerik Siwon. Matanya menatap sendu pemuda yang justru terlihat senang karena sudah dipecat itu. Melihat Siwon, membuat ingatannya melayang ke masa lalu. Masa saat pemuda itu tidak seperti sekarang ini.

Flashback

Jung Youngwoon atau lebih sering dipanggil dengan nama Kangin memandang punggung anak lelakinya dengan mantan istri pertamanya, Jung Jungsoo atau lebih sering dipanggil Leeteuk, dengan tatapan nanar. Saat ini, perasaannya begitu sedih karena putra yang selalu mengekorinya, yang selalu berkata bahwa dirinya adalah idolanya, sekarang bahkan tidak mau membalikkan tubuhnya hanya untuk bertatap muka dengannya.

Putranya tersebut hanya terus duduk bersimpuh memandangi foto cantik mantan istrinya yang dibingkai oleh pigura hitam menandakan bahwa yang bersangkutan sudah menghadap Yang Maha Kuasa. Kangin berjalan perlahan mendekati putranya tersebut dan ketika dia melihat wajah tanpa ekspresi itu, hatinya berdenyut nyeri. Kangin tidak kuasa menahan gejolak hatinya kala menatap wajah dan tatapan kosong putranya tersebut ketika melihat foto ummanya itu. Tidak ada airmata karena mungkin sudah habis. Tidak ada tatapan sayu ataupun sendu karena putranya mungkin tidak bisa merasakan apa-apa lagi sejak kepergian ummanya tersebut.

Kangin berusaha sekuat tenaga agar airmatanya tidak jatuh. Dia tidak ingin menangis di depan anaknya. Kangin tidak ingin terlihat lemah di depannya. Kangin merasa dirinya harus kuat untuk kepentingan putranya tersebut meski pun saat ini merupakan salah satu masa terberat dalam hidupnya. Walaupun hubungan keduanya berakhir dengan perceraian, hal itu tidaklah memupuskan perasaan cinta Kangin kepada Leeteuk. Dia masih sangat mencintai umma putranya tersebut meski keadaan mengharuskan Kangin bercerai dengan Leeteuk.

Hati Kangin begitu terluka ketika mendengar berita kematian Leetuek, terlebih lagi dia kehilangan mantan istri tersebut untuk selama-lamanya akibat over dosis obat-obatan terlarang. Kangin tidak pernah menduga bahwa Leeteuk bisa terjerumus ke lembah hitam narkoba.

Kangin menutup matanya, berusaha melupakan dulu perihal kematian tragis Leeteuk. Hal yang penting sekarang adalah putranya. Kangin baru saja akan menepuk bahu putranya, remaja berusia 14 tahun itu membuka mulutnya, berbicara kepada Kangin tanpa melihat wajah pria berkarismatik tersebut.

“Mau apa anda datang kesini tuan Jung?” tanyanya dingin. Kangin tak jadi menepuk bahu putranya karena terkejut dengan nada dingin yang diutarakan olehnya. Kangin juga bisa merasakan adanya kebencian dari perkataan putranya tersebut.

Kangin tahu bahwa Jung junior itu pasti sekarang menyalahkannya atas kematian ummanya, bahwa Kanginlah alasan mengapa Leeteuk bisa sampai berakhir seperti ini. Mengetahui kenyataan pahit itu, maka Kangin mengambil nafas lalu membuangnya perlahan sebelum dia menguatkan hati untuk bertatapan muka dengan putranya tersebut.

“Nak, appa…”

“Pergi.”

“Tapi appa…”

“Pergi. Nanti setelan jas anda akan semakin kotor penuh debu jika anda terus berada di sini.”

“Appa mohon nak, dengarkan appa dulu. Appa kesini untuk…” tanpa menunggu Kangin menyelesaikan perkataannya, remaja tanggung itu berdiri dari tempatnya bersimpuh dan masuk ke dalam sebuah kamar. Kangin terpaku di tempatnya karena diacuhkan oleh putra kandungnya sendiri. Dia terus berdiri disana memikirkan bagaimana membuat putranya mau memaafkannya dan membiarkan dia menjelaskan semua kesalah pahaman yang tentunya membuatnya dingin dan bersikap seolah-olah Kangin adalah orang asing, orang luar dalam kehidupan Leeteuk dan putranya itu.

Kangin masih berpikir keras sampai dia mendengar pintu kamar itu terbuka dan menampilkan putranya yang memakai kaos oblong dengan kemeja diluarnya dipadu dengan celana jeans. Dia membawa sebuah tas punggung yang dia sampirkan di bahu sebelah kanan, jaket di tangan kanannya dan topi di tangan kirinya.

Remaja yang mewarisi ketampannan sang appa itu berjalan ke arah meja yang memajang foto sang umma lalu mengambil foto itu dan memasukkannya ke dalam tasnya tersebut. Setelah itu, dia bangkit dan melangkah menuju pintu keluar, memakai sepatu olahraga butut namun masih bisa dipakai, dan tanpa basa basi pergi meninggalkan ruangan kecil itu bersama Kangin yang terperangah dengan sikap acuh dari putra kandungnya sendiri. Saking terkejutnya, Kangin sampai tidak bisa memerintahkan otaknya untuk mencegah putra kandungnya itu untuk pergi. Kangin juga tak bisa mencegah airmatanya untuk keluar dari kedua matanya.

Tiga kata yang terucap dari bibir pengusaha sukses itu ketika dia tahu putranya tidak mau sama sekali berurusan dengannya. Kata-kata itu,

“Jangan pergi, Siwon-ah…”

End Flashback

“Jangan pergi lagi Siwon-ah. Appa disini.” Gumam Kangin menatap punggung Siwon dari balik kaca jendela mobilnya. Kangin menatap punggung putra pertamanya itu dengan sayu dan kesedihan yang mendalam.

Dia tidak habis pikir, bagaimana mungkin putra pengusaha sukses sepertinya berakhir di jalanan seperti ini. Bagaimana mungkin Siwon harus bekerja keras hanya untuk sesuap nasi padahal dia sanggup membelikan seluruh makanan di negara ini. Bagaimana mungkin putra tampannya itu harus tidur di kursi taman yang keras padahal dirinya mampu membuatkan kamar seluas taman tersebut dengan kasur yang sangat empuk.

“Tuan besar, apa rencana berikutnya jadi kita laksanakan?” tanya sekretaris Kangin, Kim Jongwoon atau Yesung, membuyarkan lamunan Kangin. Kangin menoleh ke arah sekretaris sekaligus sahabatnya itu dan mengangguk sebagai jawaban. Mendapati jawaban dari atasannya tersebut, Yesung langsung mengambil ponselnya dan menghubungi seseorang.

“Ini aku. Laksanakan rencana selanjutnya.” Titah Yesung kepada orang yang dia hubungi tadi. Yesung menoleh ke arah atasan dan juga sahabatnya itu. Yesung ingin memastikan apa Kangin baik-baik saja dengan keputusan yang dia ambil sekarang ini.

Tampaknya bukan hanya Siwon saja yang menderita, tapi Kangin juga. Batin Yesung ketika dia mendapati wajah sendu dan sayu Kangin memandangi terus punggung Siwon, putra kandungnya sendiri.

Sementara itu dengan Siwon, pemuda beusia 17 tahun itu, terus melangkah menuju satu-satunya tempat yang biasanya dia singgahi untuk bermalam dalam cuaca sedingin sekarang. Siwon berjalan dan berjalan sampai akhirnya lima belas menit kemudian sampai juga ke tujuannya.

Bibir jokernya menyunggingkan sebuah senyum kecil namun tetap saja membuat kedua lesung pipi yang dia miliki sejak kecil terlihat jelas. Dengan perasaan senang karena dia mengira akan segera mendapatkan kehangatan, Siwon sedikit berlari menghampiri pintu besar yang selalu terbuka bahkan untuk dirinya yang tidak punya rumah itu. Namun kesenangan Siwon itu hanya berlangsung beberapa detik ketika iris hitamnya menangkap secarik kertas putih bertuliskan kata-kata dengan tinta hitam yang langsung memudarkan senyum manisnya.

Siwon berdiri di gedung kecil bertingkat tiga itu sambil terus menatap kertas pengumuman itu dengan seksama. Kertas yang ditempel di pintu masuk yang telah terkunci rapat tersebut menjadi objek perhatian Siwon selama lima menit lamanya. Pemuda berlesung pipi itu masih mencoba mencerna kata-kata yang ditulis di pengumuman itu sampai akhirnya dia menghela nafas.

“Tutup ya.” Ucapnya seolah tak perduli bahwa kata itu akan membuat keadaannya semakin sulit. Siwon seolah tidak perduli jika dia tidak punya tempat bernaung untuk melewati malam bersalju seperti saat ini.

“Apa aku harus ke taman? Ah, itu sama saja aku bunuh diri. Aku bisa mati kedinginan tapi, apa aku punya pilihan lain? Hhh… Ya sudah, aku berkeliling saja. Siapa tahu ada tempat untukku tidur malam ini.” Gumamnya seorang diri masih bisa tersenyum, meski kali ini senyumnya terkesan sedih.

Dengan memperbaiki posisi tas punggungnya, Siwon melangkah pergi dari tempat sauna yang ditutup karena sudah berganti pemilik itu. Tidak ada alasan baginya untuk berlama-lama di tempat yang selama dua tahun belakangan ini menjadi tempatnya berteduh dari sengatan matahari dan dinginnya malam. Siwon tak perlu mencari tahu mengapa tiba-tiba saja tempat itu tutup.

Dia tak perlu tahu karena tanpa dia mencari tahu, dia sudah mengerti siapa dalang dibalik ini semua. Seseorang yang memang berniat membuatnya lebih menderita dari penderitaan yang telah diberikannya tiga tahun yang lalu. Akan tetapi, Siwon tidak ingin menyerah. Tidak. Setelah tiga tahun hidup terlunta-lunta tanpa ada orang yang membantunya, membuat pribadi Siwon menjadi lebih kuat, tegar, namun dingin. Siwon sadar bahwa jika dia memiliki masalah, tak akan ada yang mau membantunya. Yang bisa dia percaya adalah dirinya sendiri.

Siwon terus berjalan tanpa arah dan kembali bersiul. Siwon benar-benar tidak mau ambil pusing dengan perbuatan orang itu yang sudah mengambil pekerjaannya dan sekarang tempat tinggalnya. Bagi Siwon kedua hal itu tidak sebanding dengan apa yang pernah orang itu renggut darinya tiga tahun yang lalu. Kehilangan orang yang meski selalu bersikap kasar dan menyakitinya selama empat tahun mereka hidup bersama, tetaplah merupakan pengalaman paling menyakitkan hati Siwon.

Walaupun orang itu, umma tersayangnya, begitu membenci kehadiran dirinya, tapi dia tidak meninggalkan Siwon, Ummanya tidak membuang Siwon atau menitipkan dirinya di panti asuhan ketika ummanya berpisah dari sang appa. Maka dari itu, sekejam apapun ummanya memperlakukan dirinya, sejahat apapun perkataan ummanya kepada dirinya, Siwon akan selalu mencintai dan menyayangi orang yang telah melahirkannya itu.

Siwon masih berjalan dan bersiul ketika tiba-tiba sebuah mobil mewah berhenti di hadapannya. Mobil itu menghadang jalur Siwon untuk lewat sehingga mau tidak mau, Siwon harus berdiri menunggu apakah mobil itu akan menyingkir atau dia harus melompati mobil itu jika benar mobil itu bermaksud parkir di tempat itu.

Siwon menunggu dan menunggu sampai supir mobil tersebut keluar dan membuka pintu penumpang. Siwon memperhatikan semua gerak gerik orang-orang asing didepannya ini. Jika mereka berniat yang aneh-aneh dengannya maka Siwon akan langsung lari. Namun, tampaknya Siwon tak perlu melakukan itu semua karena pria yang keluar dari bagian penumpang itu, mendadak berdiri di depannya dan membungkuk dalam, memberi hormat kepada Siwon. Siwon tentu saja merasa aneh dengan sikap orang ini. Mengapa pria itu menghormatinya seperti ini, pikir Siwon.

“Selamat malam tuan muda Siwon. Perkenalkan nama saya Kim Jongwoon, tapi anda boleh memanggil saya Yesung. Saya sekretaris ayah anda, Jung Youngwoon.” Sontak Siwon segera membalikkan tubuhnya dan pergi begitu saja tanpa membalas sapaan Yesung. Yesung sendiri yang sudah menduga reaksi Siwon langsung mengisyaratkan kepada beberapa bodyguard yang sejak tadi berdiri tak jauh dari dirinya dan juga Siwon, untuk menahan tuan muda keluarga Jung itu.

“Hei!! Lepaskan!! Lepaskan aku keparat!!” teriak Siwon sambil meronta-ronta untuk dilepaskan dari genggaman kuat para bodyguard tersebut.

“Tuan muda tenanglah.” Pinta Yesung beusaha menenangkan Siwon yang terus berontak. Yesung takut para bodyguard itu bisa mencelakai Siwon. Akan tetapi Siwon yang memang tidak mau berurusan sama sekali dengan sang ayah dan semua orang yang terkait dengannya, memandang Yesung dengan tajam.

“Diam kau! Aku bukan tuan muda! Aku bukan siapa-siapa! Jadi lepaskan aku dan biarkan aku pergi!”

“Tuan muda, anda tenanglah dulu. Jika anda mau tenang, saya akan memerintahkan mereka untuk melepas anda.”

“Kau salah orang. Aku bukan tuan mudamu. Margaku saja bukan Jung. Jadi biarkan aku pergi!”

“Saya tidak mungkin salah orang tuan muda karena dulu sayalah yang membawa tuan muda ke pelukan mendiang nyonya besar Leeteuk saat anda dilahirkan.” Ucapan Yesung barusan membuat Siwon berhenti seketika. Dia tidak ingat jika dia pernah mengenal orang ini. Tapi jika dia tahu tentang sang umma, maka benar orang di depannya sekarang mengenal Siwon lebih dekat dari yang Siwon duga.

Siwon sempat ingin berhenti untuk berontak dan mendengarkan apa yang akan disampaikan oleh pria berkepala besar tersebut. Namun ingatan tentang kesulitan yang dialami olehnya dan juga Leeteuk membuat Siwon kembali merasakan amarahnya memuncak dan terus berontak untuk melepaskan diri.

Rontaan Siwon dan kuatnya pegangan para bodyguard itu mengakibatkan salah seorang bodyguard itu menarik baju Siwon terlalu kuat dan tanpa sengaja merobeknya.

“Sudah aku bilang kau salah orang! Sial! Gara-gara kau, bajuku sobek. Hanya ini cadangan bajuku.”

“Tuan muda Siwon…”

“Sudah aku bilang aku bukan tuan muda!!!” teriak Siwon lagi. Akhirnya Yesung yang mengalah karena dia benar-benar tidak mau mencelakai Siwon. Dengan satu isyarat dari Yesung semua bodyguard itu melepaskan Siwon. Siwon berdecak kesal setelahnya. Dia lalu mengambil tas punggungnya yang sempat jatuh dan baru akan pergi menjauh dari Yesung, ketika pria itu membuka mulutnya memanggil Siwon.

“Siwon-ssi. Tolong berikan saya kesempatan waktu untuk bicara.” Siwon mengehntikan langkahnya dan berbalik menatap Yesung. Dengan decihan remeh, dia menolak permintaan Yesung.

“Tidak mau.” Dan kembali berjalan meninggalkan Yesung.

“Saya harap tuan muda mau pulang bersama dengan saya.” Sahut Yesung tidak menghiraukan penolakan Siwon dan tetap mengutarakan maksudnya menemui Siwon. Siwon kembali berhenti tapi kali ini dia tidak berbalik. Siwon justru tertawa tiba-tiba dan berjalan sambil berteriak.

“Hah…ahahaha… pulang?! Kemana bung?! Aku ini gelandangan! Ahahaha… Pulang, lucu sekali…” Siwon terus berjalan dan menertawakan Yesung yang mengajaknya pulang. Bagi Siwon, ucapan Yesung itu benar-benar lelucon yang lucu. Siwon tidak pernah merasa dia mempunyai rumah lagi sejak Leeteuk pergi untuk selama-lamanya. Bagi Siwon, dia sudah sebatang kara.

Pemuda tampan namun terlihat lusuh itu berjalan menerobos para bodyguard yang tidak bisa menghalangi Siwon karena tidak ada perinta seperti itu. Siwon sempat memandang salah satu bodyguard yang dia kenali sebagai orang yang merobek kaosnya tersebut dan tersenyum remeh kepadanya. Siwon berhenti dihadapan orang itu lalu tiba-tiba meninjunya.

“Itu sebagai ganti rugi kaosku, brengsek!!” tukasnya kasar lalu pergi begitu saja. Akan tetapi belum empat langkah Siwon meninggalkan bodyguard yang tersungkur itu, langkah Siwon terhenti. Matanya membulat menatap seorang laki-laki dengan perawakan besar dan berkarisma. Pria yang secara darah adalah ayah kandung Siwon. Pria dengan nama Jung Kangin.

“Siwon-ah…” lirih Kangin memanggil Siwon yang membeku karena dia tidak mengira akan menemui Kangin lagi.

“Siwon-ah,putraku.” Ulang Kangin masih dengan nada memelas. Panggilan kedua Kangin menyadarkan Siwon akan situasinya sendiri. Dia menutup matanya sejenak lalu meneruskan langkahnya.

“Siwon-ah… Appa mohon dengarkan appa.” Sahut Kangin sambil mencekal lengan Siwon yang langsung ditepis dengan kasar oleh pemuda itu.

“Maaf, anda salah orang tuan. Saya bukan putra anda.” Ucap Siwon sinis. Siwon baru akan meninggalkan Kangin tapi Kangin lebih cepat dan kembali mencekal lengan Siwon.

“Siwon-ah… Jika kau seperti ini terus, ummamu pasti sedih nak.”

Buagh! Tanpa peringatan sedikit pun Siwon melayangkan pukulannya ke wajah Kangin, membuat pria tersebut mundur beberapa langkah dan memegangi rahangnya yang sakit.

“Tuan besar!” Seru semua orang termasuk Yesung dan segera mendekati Kangin, memastikan pengusaha sukses tersebut baik-baik saja.

Sedangkan Siwon sendiri, dia terengah-engah. Bukan karena lelah tapi karena dia marah. Marah karena Kangin mengatakan kata umma, mengingatkan dirinya akan Leeteuk yang menderita selama ini.

“JANGAN SEKALI-KALI MENYEBUT NAMA UMMA DENGAN MULUTMU ITU!!!” teriaknya marah dengan mengepalkan kedua tangannya dengan kuat sampai memutih. Masih dengan amarah di ubun-ubun, Siwon kembali berteriak.

“Kau tidak tahu apa-apa soal umma, brengsek! KAU TIDAK TAHU!” teriaknya lantang dan langsung berlari dengan cepat meninggalkan Kangin dan yang lainnya. Siwon tidak memperdulikan panggilan putus asa Kangin yang merasa putus asa karena Siwon sama sekali tidak mau mendengarkannya. Siwonnya, putranya yang dia sayangi, membencinya sampai sedemikian rupa.

“Siwon!! Siwon!!! SIWON!!!” teriak Kangin yang hanya didengar oleh angin karena objek yang dia panggil terus saja berlari menembus dinginnya malam.

Taman

Siwon duduk di kursi taman dengan menatap kosong ke depan. Airmatanya terus mengalir dan tak ada tanda-tandanya Siwon akan menghapus airmata itu. Dia membiarkan airmata itu mengalir membuat aliran sungai di wajahnya. Meski dia sudah berjanji untuk tidak menangis lagi, tapi pertemuan singkat dengan Kangin tadi membuka luka hati yang masih belum sepenuhnya tertutup.

Siwon terus berada disana dengan pakaian tipisnya meski ada jaket usang menyelimutinya. Namun itu semua tidaklah cukup untuk menghalau dinginnya udara malam di bulan Desember itu, terlebih lagi salju telah turun sejak setengah jam yang lalu. Meskipun demikian, Siwon sama sekali belum beranjak beranjak dari tempatnya sekarang, dia justru mengangkat kedua kakinya dan menekuknya sampai lututnya menjadi tumpuan kepalanya. Posisi Siwon terus seperti itu sampai dia merasakan ada sebuah mantel menutupi tubuhnya yang mengigil kedinginan. Siwon pun mendengar suara yang tampaknya adalah suara tiga orang gadis, sedang beragumen satu sama lain.

“Kyuhyun! Apa yang kau lakukan?! Kenapa kau menyampirkan mantelmu ke gelandangan itu?!” tukas salah seorang gadis berambung pirang panjang.

“Memangnya kenapa?! Mantel punya aku ini?! Memangnya aku minta pendapatmu?!” sungut gadis berambut ikal sebahu dengan warna coklat madu itu sambil mengerutkan kedua alianya sebal dengan pernyataan temannya tersebut.

“Tapi nanti mantelmu kotor Kyu. Ih, lihat saja tubuhnya. Jorok sekali. Jangan-jangan dia memiliki penyakit menular lagi. Ayo cepat kita pergi Kyu!” seru gadis satunya lagi. Gadis berambut merah bata itu melihat dengan jijik ke arah Siwon.

“Ck, mulut kalian berdua yang kotor! Menghina orang sembarang. Kalau kalian ingin pulang, ya pulang saja sendiri!” seru Kyuhyun semain kesal dengan tingkah laku teman-temannya itu. Ah, bukan. Sepertinya gadis bernama Kyuhyun itu juga tidak sepenuhnya ingin bersama dengan mereka dilihat dari raut wajahnya yang terus menatap mereka garang.

“Tapi kami kemari bersamamu Kyu. Kami naik apa jika kau menyuruh kami pulang sendiri?” protes si gadis berambut pirang, tidak terima jika Kyuhyun meyuruh mereka berdua pulang sendiri. Mereka tidak mau terlihat menaiki taksi setelah mereka merasakan enaknya naik mobil super mewah milik Kyuhyun ketika tadi mereka berangkat bersama ke pertunjukkan balet.

“Itu urusan kalian, bukan urusanku! Sudah sana, kalian membuatku kesal saja.” Usir Kyuhyun yang langsung tidak menghiraukan kedua gadis yang mau tidak mau pergi meninggalkan Kyuhyun. Mereka menghentakan kaki mereka kesal karena Kyuhyun berbuat seenaknya.

“Cih! Dasar gadis-gadis gila! Hei. Kau tidak apa-apa?” tanya Kyuhyun kepada Siwon. Dia memperhatikan Siwon dengan seksama dan Kyuhyun langsung merasa iba dengan keadaan Siwon.

Sementara itu Siwon yang sedari tadi mendengar percakapan Kyuhyun dengan kedua temannya tadi, tidak bergerak sedikit pun meski Kyuhyun berkali-kali memanggilnya. Bahkan Siwon tetap diam ketika Kyuhyun mengguncang-guncang tubuhnya.

“Hei. Hei! HEI!! Aduh, jangan-jangan orang ini mati.” Sahut Kyuhyun ketakutan karena Siwon sama sekali tidak memberikan reaksi.

“Aku tidak mati.” Sahut Siwon tiba-tiba dan menyebabkan Kyuhyun terkejut bukan main.

“HUWA!! Hei!! Jangan menakutiku seperti itu!” teriak Kyuhyun kaget sambil menjauh beberapa langkah dari Siwon. Kyuhyun menatap ke arah Siwon yang sekarang sudah mendongakan kepalanya untuk menatap balik Kyuhyun.

Kyuhyun sedikit terperangah karena dia tidak menyangka jika wajah Siwon akan setampan itu. Kyuhyun pikir, orang yang dia tolong saat ini akan terlihat menyedihkan karena penampilannya yang memang menyedihkan.

Sayang sekali. Padahal dia akan terlihat semakin tampan tapi kenapa dia kotor dan terlihat berantakan seperti itu. Batin Kyuhyun masih terus memandangi Siwon. Siwon sendiri tidak perduli dengan tatapan Kyuhyun yang semakin lekat ke arahnya. Dia lebih tertarik dengan tingkah laku Kyuhyun yang berbaik hati kepadanya. Meski di sudut hati Siwon, dia tidak memungkiri jika gadis berambut coklat madu itu adalah gadis tercantik dan termanis yang pernah Siwon lihat.

“Kenapa kau membantuku?” tanya Siwon datar. Kyuhyun sempat tersentak mendengar pertanyaan Siwon yang menurutnya aneh itu sehingga respon Kyuhyun hanya,

“Huh?”

“Kau tuli ya?! Aku tanya, kenapa kau membantuku?” ulang Siwon dengan cibiran terarah kepada Kyuhyun. Kyuhyun jelas saja merasa tersinggung dikatakan tuli. Dengan keras dia menyanggah cibiran Siwon sama sengitnya.

“Siapa yang sebut tuli hah?! Enak saja!! Memangnya aku butuh alasan untuk menolong orang lain?!”

“Bukankah seharusnya begitu? Jika kau hanya mengkasihaniku, maaf nona, aku tidak perlu. Ambil kembali mantelmu.” Sahut Siwon sembari mengambil mantel Kyuhyun dan menyodorkan kepada gadis bermata coklat itu. Kyuhyun menggemelukkan giginya karena kesal. Baru kali ini dia menemukan orang yang sok kuat dan merasa tidak butuh bantuan orang lain.

“Terserah kau mau menganggapnya seperti apa. Yang pasti sesuatu yang sudah aku berikan, pantang aku minta kembali. Mantel itu terserah kau saja mau dipakai atau dibuang. Itu sudah menjadi milikmu.” Jawab Kyuhyun kesal.

“Mantel perempuan? Untuk seorang laki-laki?” olok Siwon kala dia melihat seperti apa mantel yang diberikan oleh Kyuhyun. Kyuhyun yang mendengar olokan Siwon lantas semakin mendidih darahnya. Sama seperti kelakuan dua temannya tadi, Kyuhyun menghentakan kakinya kesal lalu berbalik. Tapi dia masih sempat menegur Siwon.

“Aish! Sudahlah! Aku pusing bicara dengan orang keras kepala dan sok kuat sepertimu. Aku pergi.” Ucapnya lalu pergi meninggalkan Siwon.

“Hei nona!” Kyuhyun bermaksud tidak mau menggubris Siwon lagi, tapi entah kenapa ketika panggilan dari Siwon itu membuatnya berhenti berjalan dan berbalik menatap Siwon kembali.

“Apa?!” jawabnya masih menampakkan kekesalannya. Pipi Kyuhyun yang memang sudah gembil semakin membulat tatkala dia mengembungkan pipinya tersebut. Tampang Kyuhyun yang sekarang tentu saja membuat Siwon semakin merasa bahwa gadis yang telah menolongnya itu memang cantik dan manis. Siwon bahkan menambahan satu gelar lagi untuk Kyuhyun yaitu menggemaskan.

Dengan memasang senyum tulus yang jarang Siwon perlihatkan kepada orang lain, Siwon mengatakan sesuatu yang membuat Kyuhyun yang sedikit memerah wajahnya ketika melihat senyum indah Siwon, ikut tersenyum. Siwon hanya mengatakan dua kata yaitu,

“Terima kasih.”

Lima Jam Kemudian

Salju semakin tebal menutupi ruang kosong di taman. Jalanan yang tidak dilalui, pepohonan, rumput, dan satu sosok tubuh pemuda yang mengigil kedinginan karena sudah ada disana sejak lima setengah jam yang lalu. Meskipun mengenakan mantel perempuan yang kelihatannya cukup tebal, namun tetap saja dia merasa kedinginan karena terus berada di luar tanpa tempat berteduh dari hujan salju ini dan juga dengan perut yang setengah kosong karena dia tidak bisa memakai semua uang yang diterimanya dari tempantnya bekerja terakhir kali tadi hanya untuk makan.

Siwon berusaha menghangatkan tubuhnya dengan meniup-niupkan nafasnya ke tangan lalu menggosok-gosokan ke lengannya. Tapi udara dingin terlalu kejam untuk mengalah kepada Siwon dan semakin menurunkan suhunya.

“Di…ding…dingin…s…s…sek…sekali…” gemeletuk gigi Siwon bisa terdengar kala dia berkata pada dirinya sendiri. Bicaranya pun sudah tidak lancar karena menahan dinginnya udara yang terus menusuk sampai ke tulangnya.

Apa aku akan mati disini? Itulah pertanyaan yang terlintas di benak Siwon. Matanya langsung menatap ke atas, ke arah langit dan tiba-tiba saja Siwon tersenyum.

Apa aku bisa bertemu denganmu umma jika aku mati disini? Tanyanya lagi pada diri sendiri. Siwon masih tersenyum ketika dia membayangkan jika benar dia mati hari ini. Akan sangat ironis karena selama tiga tahun ini dia telah berjuang sendiri agar tetap hidup seperti permintaan terakhir Leeteuk lalu hanya berakhir seperti ini. Siwon menggelengkan kepalanya kuat-kuat, menepis pikiran putus asa itu dan menyemangati dirinya sendiri.

Aku tak boleh menyerah! Aku masih bisa bertahan! Semoga aku tidak tertidur malam ini. Ayo Siwon! Masih ada empat jam lagi sebelum subuh. Setelah itu, aku bisa ke stasiun dan pergi dari kota ini. Ya, aku pasti bisa. Aku pasti bi… Sial! Aku mengantuk sekali!! Ayo bertahan Siwon! Bertahan! Siwon terus menerus berkata demikian sampai kesadarannya menipis. Siwon bahkan tidak tahu jika dirinya sekarang berada dalam pelukan Kangin yang sejak awal terus mengikuti kemana pun Siwon pergi. Kangin terlihat panik karena tubuh Siwon yang terasa sangat dingin dan detak jantungnya yang lemah.

“Hyung! Tolong aku hyung! Siwon-ah! Bangun nak! Jangan tidur disini! Kau bisa mati jika kau tidur sekarang! Siwon-ah! Siwon-ah! Siwon!” panggil Kangin berusaha membangunkan Siwon, namun pemuda itu seakan tuli dan semakin lama semakin menutup matanya.

“Oh Tuhan, tidak… SIWON!!”

TBC