Tags

, , , , , , , ,

Waterfall Poster

( 。・_・。)人(。・_・。 )

Title : Waterfall 10

Pairing / Charas : Wonkyu, Kangmin, Leeteuk, Heechul, Yunjae, Kibum

Disclaimer : All casts are belong to their self and God, Poster by the lovely and talented @SuciiCho

Warning : Un-betaed, GS, OOC, AU, Family, Romance, Angst

( 。・_・。)人(。・_・。 )

Previous Chapter

Flashback

Siwon baru saja melangkah keluar dari gerbang sekolah ketika dia melihat Sungmin berdiri di samping mobilnya. Siwon terlihat cukup terkejut dengan kehadiran Sungmin, namun dia berusaha untuk tidak peduli. Siwon kembali melangkah hanya untuk berhenti setelah tiga langkah ketika suara Sungmin memanggilnya.

“Siwon-ah, tunggu sebentar.” Siwon pun berbalik dan menatap Sungmin. Dia melihat Sungmin membungkuk kepadanya sebagai tanda hormat sehingga dengan sungkan, Siwon pun membungkuk sebagai balasan.

“Nyonya Jung.” Sapa Siwon hormat. Siwon tahu tata krama dan sopan santun jika berhadapan dengan orang yang lebih tua darinya. Meski Sungmin adalah salah satu orang yang menyebabkan penderitaan panjang dirinya dan Leeteuk, namun Siwon tidak akan merendahkan dirinya sendiri dengan berbuat kasar.

“Apa kabarmu?” tanya Sungmin setelah dia berada cukup dekat dengan Siwon.

“Baik. Seperti yang anda lihat.” Jawab Siwon seadanya.

Siwon tidak lagi membenci Sungmin karena pada dasarnya Sungmin juga korban dalam masalah keluarganya. Hanya saja Siwon masih enggan untuk berhubungan dengan ibu tirinya tersebut. Siwon tidak tahu harus bersikap seperti apa terhadap Sungmin setelah sekian lama tidak bertemu dan sempat menaruh kebencian kepadanya.

“Begitu. Aku senang mendengarnya.”

“Terima kasih.” Lalu hening mendera keduanya. Sungmin bingung harus bagaimana lagi agar bisa berbicara santai dengan Siwon dan Siwon pun juga mulai merasa risih dengan situasi mereka.

“Ah… Kau ada waktu Siwon-ah?”

“Ada, kenapa?”

“Maukah kau menemaniku sebentar?”

“Menemani anda?”

“Aku ingin mengajakmu untuk berbicang di coffee shop langgananku. Kau mau?” ajak Sungmin, berharap kali ini Siwon tidak menolak ajakannya.

Siwon terlihat berpikir dengan keras. Dia dilema untuk menerima ajakan Sungmin atau tidak. Dia masih enggan untuk bertemu apalagi berbincang dengan Sungmin namun Siwon juga tahu sikap menghindarnya tidak akan bertahan lama. Cepat atau lambat dirinya harus menghadapi ibu tirinya tersebut.

Siwon mengangguk pelan dan mengikuti langkah Sungmin memasuki mobil mewah itu. Siwon tidak tahu apa yang akan terjadi nanti, namun Siwon tahu menerima ajakan Sungmin adalah pilihan yang benar.

Siwon tidak menyadari bahwa ajakan itu adalah ajakan terakhir dari Sungmin kepadanya.

End Flashback

( 。・_・。)(。・_・。 )

Pip.

Pip.

Pip.

Bunyi mesin cardiograph disamping ranjang rumah sakit itu masih terdengar, menandakan bawah detak jantung pasien yang terlihat seperti tertidur pulas tersebut, masih berdetak. Detak jantung yang diharapkan terus ada diiringi dengan doa yang tidak pernah berhenti dipanjatkan oleh semua orang yang menyayangi dan mencintai pasien tersebut. Dalam hal ini orang-orang tersebut adalah Kangin dan Yunho.

Pemuda yang beranjak 16 tahun tersebut menatap nanar ke arah sang kakak tiri yang terus setia menutup kedua matanya. Airmata yang terus mengalir sejak mendengar berita kecelakaan yang menewaskan sang ibu dan membuat sang kakak sekarang harus koma, seolah-olah tidak bisa berhenti. Yunho seperti memiliki banyak airmata yang siap dia tumpahkan jika keadaan Siwon tak juga membaik.

Yunho tidak mengerti mengapa keluarganya selalu ditimpa kemalangan. Apakah ini karma dari Tuhan untuknya dan Sungmin? Apakah ini cara mendiang Leeteuk membalas sakit hatinya kepada dirinya dan Sungmin? Tapi mengapa Siwon yang selalu menjadi korban disini? Mengapa bukan dirinya yang terbaring disana menggantikan Siwon?

Semua pertanyaan itu berkecamuk di benak Yunho tanpa dia bisa menemukan jawabannya.

Yunho menghapus kasar airmatanya dan menghela nafas panjang. Dia harus kuat sekarang. Dia harus bisa kuat demi Siwon dan juga sang appa yang semakin hari semakin terpuruk dalam kesedihan dan rasa bersalah. Dia harus bisa menjadi sandaran untuk mereka yang dia sayangi.

“Hyung…” lirih Yunho mengajak Siwon bicara. Dokter mengatakan meski Siwon koma tapi ada kemungkinan dia masih bisa mendengar dan merespon jika ada yang mengajaknya bicara, terlebih lagi jika orang tersebut adalah orang terdekat dari Siwon.

“Hyung… Aku mohon, bangunlah hyung… Aku merindukan hyung… Meski kita baru dekat tapi aku sudah sangat merindukan hyung… Appa juga hyung… Lalu, lalu… Hyung sendiri yang bilang ingin aku bahagia bukan? Aku tak bisa bahagia jika hyung terus tidur disini… Aku mohon hyung… Bangunlah…” isak Yunho pada akhir kalimat. Pemuda itu sudah mencoba untuk tegar namun dia tetaplah pemuda belasan tahun. Hatinya belum sanggup menerima kenyataan bahwa dia telah kehilangan orang terkasih dan jika terjadi sesuatu terhadap Siwon, maka dia akan merasakan kehilangan itu lagi.

Yunho terus menunduk menutupi wajah dan mulutnya, menangis di samping ranjang Siwon. Pemuda itu tak menyadari kehadiran Kangin yang berdiri di depan pintu mendengarkan semua ucapan Yunho.

Pria itu tak jadi membuka pintu dan memilih bersandar di dinding sebelah pintu ruang rawat Siwon. Kangin menutup matanya yang sudah mengalirkan butir-butir kristal sebelum akhirnya kedua kaki kokoh miliknya lemas dan membuatnya terduduk di lantai.

Kangin ikut menangis seperti halnya Yunho. Dia bahkan sampai membenturkan kepalanya ke belakang, berusaha menghilangkan semua rasa sakit dan rasa bersalah yang bergelayut dalam hatinya.

Kangin merasa gagal. Gagal untuk kesekian kalinya.

“Yunho-ah… Siwon-ah… Sungminnie… Teukie… Maafkan aku… Maafkan aku…” isaknya meminta maaf kepada keempat orang yang dia sakiti. Dia terus menuturkan kata maaf itu meski dari lubuk hati terdalamnya, kata itu tidak bisa membuatnya membalikkan waktu. Kata itu tidak bisa membuat Sungmin dan Leeteuk kembali. Kata itu tidak bisa membuat semua penderitaan Siwon lenyap tak berbekas.

Namun hanya kata itu yang bisa Kangin ucapkan saat ini. Hanya kata itu yang bisa membuatnya waras dan tidak mengikuti jejak Leeteuk dan Sungmin. Hanya kata itu yang membuatnya harus tetap ada sehingga dia bisa mengatakannya langsung kepada Siwon dan Yunho.

.

.

.

Plak!

Tamparan keras itu terdengar begitu lantang sampai Ryeowook yang sedang sibuk di dapur bergegas ke ruang keluarga. Disana dia melihat Kibum dan Kyuhyun saling berhadapan dengan Kibum yang terlihat begitu marah dan Kyuhyun yang menunduk sambil memegangi pipi kirinya yang memerah akibat tamparan dari Kibum.

“Kibum! Ada apa ini?! Kenapa kau menampar Kyuhyun?!” tegur Ryeowook keras namun tidak di gubris sama sekali oleh Kibum. Gadis putih nan cantik itu justru menatap nyalang ke arah Kyuhyun.

“Eonnie…” lirih Kyuhyun memanggil Kibum meski dia tak berani mengangkat wajahnya dan menatap Kibum yang masih memandangnya dengan tatapan kemarahan yang luar biasa.

“Kib…”

“Kau ini siapa?” sela Kibum memotong apapun yang akan disampaikan oleh Ryeowook. Ibu dua putri itu pun tak jadi melanjutkan kalimatnya karena tercengang dengan nada suara Kibum yang terdengar begitu marah. Ryeowook tak mengerti apa yang sebenarnya terjadi namun dia bisa menduga ini ada hubungannya dengan permasalahan antara Kyuhyun dan Siwon. Ryeowook sendiri belum mengetahui jika Kyuhyun telah memutuskan hubungan dengan Siwon.

“Eonnie…” Kyuhyun mencoba memanggil Kibum dan berusaha menjelaskan maksudnya namun sekali lagi Kibum memotong perkataan Kyuhyun.

“Adikku adalah orang yang berhati lembut selembut salju meski terkadang dia suka jahil dan nakal. Adikku adalah orang yang tak sanggup melukai hati orang lain terlebih lagi hati itu adalah hati orang yang paling dia cintai. Tapi kau… Kau telah melukai seseorang yang sudah memberikan segalanya kepadamu. Kau menghempaskan kepercayaan seseorang yang begitu sulit menerima orang lain. Aku tidak kenal kau. Kau bukan adikku!” sontaknya keras.

“Kim Kibum!!” bentak Ryeowook tidak suka dengan perkataan Kibum. Kibum menoleh sesaat ke arah Ryeowook dan menutup matanya, mencoba menenangkan dirinya sendiri. Disaat itu, Kyuhyun kembali mencoba peruntungannya dan membuka mulutnya.

“Eonnie, aku hanya… Aku tak bisa melihat eonnie sedih… Aku…” Kyuhyun tak sanggup berkata lagi karena dia tak tahu harus mengatakan apa saat melihat wajah terluka dan tak percaya milik Kibum ketika kalimat itu terlontar. Bibir Kyuhyun bergetar sedih karena baru kali ini sang kakak terlihat begitu kecewa terhadapnya.

“Kau bilang kau tidak ingin melihatku sedih Kyu… Lantas kau bisa melihat Siwon bersedih?! Begitu maksudmu?!”

“Bb…bukan begitu… Aku…”

“Kalian saling mencintai. Kenapa kalian harus berpisah karena aku? Kenapa disaat aku sudah bisa menerima hubungan kalian, kau justru menghempaskannya Kyu?” lirih Kibum mempertanyakan keputusan Kyuhyun memutuskan hubungan cintanya dengan Siwon.

“Apa?! Kyuhyun dengan Siwon…?!” sahut Ryeowook terkejut dengan berita ini. Ryeowook tidak mengira bahwa kedekatan Siwon dengan Kyuhyun lebih dari sekedar teman biasa.

Jadi ini penyebab sikap aneh Kibum beberapa waktu belakangan ini. Batin Ryeowook mulai mengerti alur permasalahan kedua putrinya.

Mereka mencintai orang yang sama. Batin Ryeowook lagi sambil menghela nafas panjang. Masalah ini terlalu rumit baginya untuk ikut campur tapi sebagai seorang ibu, dia tak ingin kedua putrinya bertengkar dan hubungan mereka menjadi renggang.

“Eonnie…” lamunan Ryeowook buyar dengan panggilan Kyuhyun. Wanita mungil itu ikut menatap Kibum sama seperti Kyuhyun.

“Eonnie, aku mohon dengarkan aku dulu. Aku berpisah dengan Siwon oppa adalah keputusan terbaik eonnie. Dari awal hubungan kami sudah salah. Aku merebutnya darimu. Aku sudah tahu bahwa Siwon oppa adalah tunangan masa kecilmu namun aku tidak berpikir panjang dan menerima Siwon oppa sebagai kekasihku. Aku salah eonnie dan aku ingin memperbaikinya.” Jelas Kyuhyun dengan putus asa. Dia ingin agar Kibum mengerti bahwa apa yang dia lakukan, semua demi Kibum.

Hanya saja…

Hanya saja, Kyuhyun seperti lupa bahwa Kibum tidak menginginkan belas kasih sang adik. Kibum paham. Kibum mengerti sampai ke dasar hatinya bahwa Siwon tak lagi mencintainya seperti dulu. Itu pun jika Siwon memang mencintainya sebagai perempuan dan bukan seorang adik.

Airmata Kibum mengalir, membuat Kyuhyun semakin panik karena sang kakak tiba-tiba menangis dan Ryeowook yang cemas dengan keadaan Kibum, membasahi kedua pipinya. Airmata itu keluar karena Kibum merasa bersalah kepada Siwon. Dia yang menjadi alasan Kyuhyun meninggalkan Siwon. Dia yang menjadi alasan mengapa Siwon harus kehilangan seseorang yang dicintainya.

KIbum terus menangis dalam diam. Gadis itu tak tahu harus menumpahkan rasa sakit ini kemana dan siapa. Kibum tak bisa membayangkan, setelah mendengar cerita dari sang ibu mengenai hidup Siwon selama ini, bagaimana perasaan Siwon sekarang. Pemuda itu pasti menganggap dirinya tak layak untuk dicintai. Kibum sendiri menjadi resah dan cemas dengan kondisi Siwon. Dia tidak tahu apakah Siwon masih sanggup untuk tetap tegar dan bertahan di kala semua orang berpaling darinya.

I feel like our world’s been infected
And somehow you left me neglected
We’ve found our lives been changed
Babe, you lost me

Bunyi ringtone ponsel Kibum, mengenyahkan sejenak ketegangan ketiga perempuan bermarga Kim tersebut. Dengan perlahan Kibum mengambil ponselnya dan melihat nama Jaejoong tertera di ID Caller. Tanpa membuang waktu, Kibum menyentuh ponselnya dan menjawab panggilan dari Jaejoong tersebut.

“Yoboseyo.”

“Kibum eonnie!”

“Ya, Jae. Ada apa? Kau terdengar panik?”

“Hiks… Hiks… Eonnie… Hiks… Oppa… Siwon oppa… Hiks…” isakan Jaejoong langsung membuat Kibum panik dan berteriak.

“Kenapa dengan Siwon, Jae?!” teriakan Kibum itu lantas menimbulkan tanda tanya dan kekhawatiran yang sama dari Kyuhyun dan Ryeowook. Keduanya memasang telinga dan menunggu Kibum bereaksi.

“Siwon oppa… Hiks… Hiks… Siwon oppa kecelakaan… Dan sekarang… Hiks… Hiks… Siwon oppa koma…”

“APA?!! SIWON KOMA?!!” teriak Kibum yang bagaikan petir di siang hari untuk Kyuhyun.

“Siwon oppa… Koma…” isaknya tak kuasa membendung airmata keterkejutannya dan kesedihannya.

“Jae! Dimana Siwon dirawat? Aku akan segera kesana.” Ujar Kibum panik dan begitu dia mendapatkan alamat rumah sakit tempat Siwon dirawat, Kibum bergegas mengambil dompet dan jaketnya lalu menuju pintu keluar.

Akan tetapi, langkahnya terhenti ketika dia bertatapan dengan Kyuhyun yang masih belum percaya Siwon koma. Kibum menatap nanar adik semata wayangnya itu sebelum menepuk bahunya pelan.

“Ikut aku Kyu.” Ajak Kibum lembut. Gadis itu berusaha sekuat tenaga menahan kekesalan terhadap adiknya saat ini. Kibum sengaja mengajak Kyuhyun karena dia merasa kehadiran Kyuhyun akan berpengaruh baik untuk Siwon. Keduanya saling mencintai dan Kibum berpikir, Kyuhyun bisa membantu.

“Eonnie…”

“Ikut aku.” Ulang Kibum dan kali ini diangguki setuju oleh Kyuhyun. Gadis berambut ikal itu juga segera mengambil ponsel dan dompetnya kemudian jaketnya sebelum mengikuti Kibum keluar rumah. Mereka berdua lupa dengan keberadaan Ryeowook yang memandang keduanya dengan cemas.

Berselang beberapa menit, Ryeowook segera bersiap dan memberitahu asisten rumah tangganya untuk menjaga rumah selagi dia menjenguk Siwon di rumah sakit. Tak lupa Ryeowook menghubungi Yesung dan memberitahunya soal kejadian hari ini serta memintannya untuk menyusul dia dan kedua putri mereka di rumah sakit.

Oh Tuhan… Cobaan apalagi yang aku berikan kepada pemuda itu? Semoga semuanya baik-baik saja. Doa Ryeowook sepenuh hati. Dia tidak ingin Siwon kembali menderita dan dia juga ingin pemuda itu bisa meraih kebahagiaannya.

.

.

.

Hari berganti hari.

Minggu berganti minggu.

Bulan berganti bulan.

Tidak terasa waktu bergulir begitu saja semenjak kecelakaan yang menewaskan Jung Sungmin dan membuat koma Choi Siwon. Peristiwa tragis yang justru terjadi ketika kedua orang tersebut sudah bisa membuka hati dan saling menerima satu sama lain.

Jung Kangin, suami dari mendiang Sungmin dan ayah dari pemuda yang masih terbaring dengan bantuan alat medis itu memandang nanar ke arah berkas laporan yang diberikan oleh pihak kepolisian, hasil dari investigasi kecelakaan yang merenggut nyawa Sungmin tersebut.

Hasilnya adalah murni kecelakaan. Mobil Sungmin ditabrak oleh sebuah truk yang menghindari anak kecil yang menyebrang jalan ketika lampu bagi penyebrang jalan masih menyala merah. Anak kecil yang lepas dari pengawasan orang tuanya tersebut memang selamat karena sang supir berhasil membanting setirnya walau dia sendiri, Sungmin dan Siwon yang harus menjadi korbannya.

Takdir. Itulah yang terjadi.

Wajah Kangin menyendu, airmatanya kembali tumpah ruah kala dia mengingat kenyataan dibalik hasil investigasi dan kesaksian yang diberikan oleh mereka yang terakhir kali bertemu dengan Siwon dan Sungmin, para pengunjung dan pelayan café yang menjadi tempat terakhir yang dikunjungi oleh keduanya.

Mereka semua mengatakan, meski awalnya Siwon dan Sungmin begitu canggung namun di tengah percakapan mereka, kecanggungan itu mencair dan berganti dengan sendau gurau, senyum dan tawa. Keduanya terlihat damai dan bahagia seolah mereka telah terlepas dari beban berat. Bahkan satu saksi mata sempat melihat Sungmin mencium kening Siwon dengan lembut bagaikan seorang ibu kepada putranya.

Kangin merosot kebawah, tak kuat lagi menahan pedihnya kenyataan yang terpampar di depannya sekarang. Dia tak sanggup menerima kenyataan bahwa di saat keluarganya kembali utuh, Tuhan justru mengambil keutuhan itu. Tuhan mengambil kebahagiaan yang seharusnya datang untuk keluarga mereka.

Tidak. Bukan Tuhan.

Bukan Tuhan yang mengambilnya. Tapi Kangin sendiri.

Ini adalah hukuman dari Tuhan. Ini adalah cobaan untuknya dari Tuhan. Dan Kangin berusaha sekuat tenaga untuk bisa menjalani cobaan ini.

Akan tetapi…

“Tuhan… Kuatkan hamba Tuhan… Kuatkan hamba…”

.

.

.

Yunho merapikan alat tulisnya dan memasukannya ke dalam tas. Dia menghela nafas panjang sebelum tersenyum kecut. Kelas telah kosong karena semua siswa telah meninggalkan ruangan itu.

Yunho baru saja menyelesaikan ujian akhir semester untuk kenaikan kelas. Meski ada beberapa pelajaran yang sulit, namun Yunho optimis dia bisa lanjut ke kelas 2. Hanya saja, Yunho tidak bis seoptimis itu jika menyangkut kesehatan sang kakak di rumah sakit.

Yunho sedih karena Siwon belum juga sadar setelah sekian bulan lamanya. Yunho tak mengerti mengapa Siwon tidak mau bangun juga. Menurut dokter, semua organ tubuh Siwon bekerja dengan baik. Luka-luka pasca kecelakaan pun telah sembuh. Tapi mengapa Siwon masih betah terbaring di ranjang rumah sakit? Bahkan kehadiran Kyuhyun pun tidak memberi pengaruh apapun kepada Siwon. Siwon tetap bersikeras menutup kedua matanya.

Berbicara soal Kyuhyun…

Yunho menoleh ke arah tempat duduk Kyuhyun dan melihat betapa kacaunya gadis itu. Kyuhyun terlihat murung dan pendiam. Dia tidak lagi memperdulikan sekelilingnya dan lebih banyak menyendiri. Yunho merasa iba kepada salah satu sahabatnya itu namun di satu sisi Yunho enggan untuk menyemangati gadis bermata coklat itu.

Yunho masih belum melupakan keputusan Kyuhyun yang memutuskan Siwon. Yunho tak bisa, tak mau mengerti dengan alasan Kyuhyun sampai dia mengambil tindakan itu. Jika Yunho mengingat kembali saat dia terakhir kali bertemu dengan Siwon di atap sekolah, Yunho akhirnya paham akan wajah sedih dan kecewa yang ditampakkan oleh Siwon.

Kakaknya sedang patah hati dan merasa ditinggalkan.

Dalam keadaan seperti itu, Siwon masih bisa menerimanya dan memberinya semangat. Siwon masih bisa tersenyum tulus kepadanya meski saat itu hatinya sedang tercabik-cabik dan terluka parah.

Yunho tersentak ketika merasakan sentuhan lembut jari jemari seseorang. Pemuda berbibir hati itu menoleh dan mendapati Jaejoong, pacarnya.

“Yunnie… Kenapa Yunnie menangis?” tanya Jaejoong penuh kekhawatiran akan keadaan Yunho yang masih saja dilanda kesedihan yang mendalam.

Yunho menggeleng pelan sebelum menghapus kasar airmata yang tak dia sadari, telah turun mengalir di pipinya. Yunho mencoba tersenyum meski senyum itu sangat dipaksakan dan Jaejoong bisa melihat itu.

Dengan perlahan, Jaejoong memeluk Yunho, membawa kepala pemuda yang disukainya itu ke bahunya dan membiarkan Yunho menangis sepuasnya disana. Dengan sayang, Jaejoong membelai rambut belakang Yunho dan memberikan kata-kata penenang.

“Yunnie jangan sedih lagi ya. Siwon oppa pasti akan segera bangun dan bersama dengan kita lagi. Joongie yakin. Tuhan sekarang sedang ingin bersama dengan Siwon oppa dulu. Menghapus semua kenangan buruknya di dunia ini sebelum nanti mengembalikan Siwon oppa ke pelukan kita. Tuhan itu baik Yunnie. Dia pasti akan memberikan yang terbaik untuk kita.”

Ucapan polos Jaejoong, semakin membuat Yunho menangis. Airmata Yunho pun membasahi kemeja Jaejoong dan dibiarkan saja oleh sang empunya. Jaejoong paham, Yunho butuh untuk menangis. Setelah selalu bersikap tegar di depan Kangin dan semua orang, Yunho butuh seseorang untuk meluapkan kesedihannya sendiri.

Dan Jaejoong siap untuk itu. Jaejoong justru merasa beruntung Yunho mempercayai dirinya untuk peran itu.

Keduanya mulai melihat diri mereka satu sama lain dalam arti yang berbeda sejak Siwon koma. Baik Yunho maupun Jaejoong sama-sama telah memendam rasa suka mereka namun tak berani atau tak mengerti harus memulai darimana. Keadaan Siwonlah yang membuat kedua pasangan muda belia itu saling menarik diri satu sama lain dan mulai mencari ketenangan dari semua permasalahan ini. Keduanya mencari tempat untuk berbagi rasa sakit dan pedih ini. Dan persaaan keduanya pun saling terpaut.

Ada setitik kebahagiaan di masa suram ini.

Kebahagiaan itu akan terasa sempurna jika Siwon sadar dan tersenyum bahagia ketika Yunho dan Jaejoong mengatakan berita gembira ini.

Ya, kebahagiaan itu akan sempurna.

.

.

.

“Kau datang lagi Bummie?” tanya Heechul cukup terkejut ketika dia melihat Kibum berdiri di samping ranjang Siwon dan menatap pemuda itu dengan tatapan penuh cinta sekembalinya dia dari mengganti air di vas bunga dan meletakkan vas itu dengan bunga baru di dalamnya.

“Hanya datang untuk berpamitan ahjumma.” Jawab Kibum singkat tanpa menoleh ke arah Heechul. Heechul tersenyum kecil sebelum menepuk bahu gadis yang telah lulus dengan nilai terbaik dan mendapatkan beasiswa ke Amerika tersebut.

“Kau pergi hari ini? Kenapa cepat sekali?” tanya Heechul lagi yang mengetahui rencana Kibum untuk bersekolah ke luar negeri lebih dulu daripada orang tua Kibum sendiri.

Kibum menjawab pertanyaan Heechul dengan anggukan kecil. Gadis cantik it uterus saja memusatkan perhatiannya kepada Siwon sampai akhirnya Kibum mendekat dan menundukkan tubuhnya, mendekatkan wajahnya ke wajah pucat Siwon sebelum mencium bibir joker yang tertutup rapat itu.

Kibum mencium lama bibir pemuda yang sejak kecil sudah merebut hatinya itu. Setelah puas, Kibum menegakkan tubuhnya kembali dan membelai rambut Siwon yang sedikit memanjang.

“Aku pergi dulu. Saat kita bertemu nanti, aku yakin aku bisa memandangmu dengan percaya diri dan menganggapmu sebagai sahabatku. Tapi untuk kali ini biarkan aku mengatakan kalau aku sangat mencintaimu Wonnie. Aku mencintaimu.” Heechul menatap Kibum dengan padangan iba. Kibum gadis yang baik. Seandainya saja Siwon tidak memiliki perasaan cinta yang dalam kepada Kyuhyun, maka Heechul akan merestui hubungan keduanya.

“Sampai jumpa Wonnie.” Pamit Kibum lalu keluar dari ruangan itu setelah membungkuk hormat kepada Heechul.

Kibum terus berjalan, tidak sekali pun berbalik sampai akhirnya sosoknya hilang di balik pintu ruang rawat Siwon. Heechul berjalan ke tempat Kibum tadi. Wanita besi yang sekarang menjadi lebih tenang itu mengambil sebuah kursi dan meletakkannya dekat dengan ranjang Siwon.

Heechul mendudukan dirinya di kursi itu lalu mulai membelai wajah, rambut dan lengan Siwon. Tetes demi tetes bulir kristal itu jatuh dari pelupuk matanya tapi Heechul setia menghapus bekasnya. Wanita cantik itu berusaha tersenyum, berusaha tegar karena dia tak ingin ketika Siwon bangun nanti, dia melihat airmata Heechul. Heechul tak ingin Siwon melihatnya hancur karena keadaannya sekarang. Siwon butuh seseorang sebagai sandaran dan Heechul ingin menjadi sandaran itu.

“Kau masih lelah sayang? Kau masih ingin beristirahat ya?” gumam Heechul kepada Siwon walau dia tahu Siwon tidak bisa meresponnya.

“Istirahat sebanyak yang kau mau Siwon-ah. Tapi kau tetap harus bangun ketika kau sudah merasa cukup bukan? Karena jika tidak, kau bisa merasa pusing loh, tidur terlalu lama.” Gurau Heechul seorang diri, mencoba menyenangkan hatinya sendiri.

“Bangunlah sayang. Umma disini… Umma rindu suara Siwon, umma rindu bertatapan dengan Siwon, umma rindu Siwon… Umma janji akan selalu menjagamu sayang, umma akan benar-benar berusaha keras agar Siwon tidak terluka lagi… Jadi maafkan umma kali ini dan bangunlah sayang… Bangun… Umma sangat menyayangimu… Umma mohon bangunlah…” isak Heechul akhirnya tak kuasa untuk terus bertahan. Pertahanannya hancur sudah. Heechul tak kuat melihat Siwon seperti sekarang. Dia merasa gagal menjaga janjinya kepada Leeteuk, kepada Siwon.

Dia berharap Tuhan masih mengijinkannya untuk bisa bersama dengan Siwon agar dia bisa memenuhi janjinya kepada Leeteuk, menjadi ibu bagi Siwon. Menjadi seseorang yang tak pernah miliki lagi saat ini.

.

.

.

Waktu sudah menunjukkan tengah malam. Semua orang sudah terlelap kecuali untuk mereka yang sedang menjalan pekerjaan mereka yang mengharuskan terjaga selama 24 jam. Salah satunya adalah rumah sakit.

Meskipun demikian, waktu jam besuk seharusnya sudah berakhir sejak jam 7 tadi bahkan sebagian rumah sakit melarang keluarga pasien untuk menunggu pasien di dalam kamar rawat mereka kecuali untuk ruang VIP yang memang memiliki fasilitas tersebut.

Jadi, seharusnya di ruang rawat Siwon sudah tidak ada lagi yang menjenguknya, walau ruang rawatnya adalah ruang rawat VIP dan ada Heechul atau Yunho dan Jaejoong yang menjaganya. Tapi, saat ini berdiri seorang gadis di sebelah ranjang Siwon dan menatap lurus ke arah Siwon yang terus menutup matanya.

Gadis itu beruntung tidak ada Heechul ataupun Yunho dan Jaejoong karena jika mereka melihatnya, gadis itu yakin mereka akan mengusirnya karena itulah yang terus terjadi sejak Siwon koma.

“Wonnie…” satu isakan memanggil nama Siwon terdengar di ruangan yang sepi itu. Gadis itu menutup mulutnya agar tangisannya tidak terdengar dengan jelas namun dia membiarkan airmatanya turun. Dia tidak menghiraukan jika airmata itu memburamkan pengelihatannya.

“Aku minta maaf… Aku salah… Aku sudah melakukan sesuatu yang jahat… Aku melupakan alasanku menerima cintamu Wonnie…”

Kyuhyun, identitas gadis itu, kembali berkata sesuatu disamping isakannya. Dia pun mulai mendekati Siwon dan ketika tangannya bisa menyentuh Siwon, jemari itu membelai wajah Siwon dengan sayang.

“Wonnie bangun ya… Aku rindu Wonnie… Aku janji jika Wonnie bangun dan ingin aku menjauh karena Wonnie marah kepadaku, aku akan lakukan. Aku akan lakukan apa saja asalkan Wonnie bangun… Aku…” Kyuhyun tak lagi melanjutkan kalimatnya karena tubuhnya sudah jatuh terduduk di lantai. Gadis manis itu meringkuk di lantai di bawah ranjang Siwon, menangis dalam diam.

Dia ingin berteriak, menangis sekencang-kencangnya namun dia tak bisa. Hanya isakan lirih dengan airmata yang mengalir deras serta satu nama yang terus terucap dari bibirnya yang sintal itu.

Siwonnie.

“Siwonnie… Aku mencintaimu…”

.

.

.

Matahari bersinar dengan cerah menembus tirai kamar ruang rawat rumah sakit tempat Siwon berada saat ini. Ruangan itu kosong karena Heechul pulang sebentar untuk mengambil kebutuhannya dan baru dalam perjalanan kembali ke rumah sakit.

Dalam keadaan yang kosong itu, Siwon terbaring seorang diri. Pemuda itu terlihat damai dalam tidur panjangnya. Namun entah karena sinar matahari pagi itu ternyata mengganggu tidur panjang Siwon atau alasan lain, sepasang kelopak mata itu tampak mengerjap beberapa kali sampai terbuka sepenuhnya.

Siwon membuka kedua matanya meski harus dia tutup kembali karena sinar yang terlalu silau bagi kedua matanya yang masih rentan akan cahaya akibat tertutup lama. Siwon mengambil waktu cukup lama sebelum dia mencoba kembali membuka matanya. Kali ini meski dia harus sedikit memincingkan mata, Siwon bisa bertahan untuk terus membuka kedua kelopak matanya tersebut.

Siwon memperhatikan sekelilingnya dan merasa asing dengan tempat tersebut hingga setelah beberapa menit dia sadar dia berada di rumah sakit. Siwon kembali menutup matanya dan mengambil alat bantu pernafasan yang terpasang di hidungnya sebelum menghela nafas panjang. Matanya terbuka kembali dan menatap lurus ke langit-langit kamar luas tersebut.

Lama Siwon menatap langit-langit itu sampai dia bersuara meski dengan suara yang serak dan lirih. Siwon memanggil alasan mengapa dia terbangun dari komanya. Alasan itu adalah…

“Kyunnie…”

TBC

( 。・_・。)(。・_・。 )

n4oK0’s notes : Ini apa?!! #shock 8/-O

Gomenasai nee minna-san. Hadeuh… Nao juga ga ngerti kenapa chapter ini jadi begindang. Mungkin karena Nao ingin cepat2 selesai :/-P

Anyway… Nao sedang berusaha menyelesaikan FF yang ada dulu sekarang supaya Nao bisa kejar FF yang udah lumutan kayak Stay, Single Guy, Like That, dll. Kalo Exceptional dan Waterfall kelar berarti Nao bisa lanjutin SWK dan FF lumutannya (walau Na ga yakin masih ada yang nungguin) :/oops:

Oke deh… Jangan lupa tinggalkan review ya… Nao pengen deh sekali2 liat review Nao ratusan (kayak iklan wafer). Yah Ff Nao memang belum sekueren FF wonkyu yang ada diluaran sana tapi mungkin cara lain biar banyak review itu Nao password aja kali ya FF Nao, biar review dulu baru bisa dikasih password #perludipertimbangkan :/roll:

Ya udinda… Itu aja. Muup2 kalo banyak typos dan kegajean di FF ini. Udah biasa kan… :/-D

Last but not least, sankyu untuk our baby magnae yola, the forever fantanstic foursome women unn sita, unn anies, unn rina, unn indy, lovely vie, and dearest lya. My tomodachi. Daisuki desu… Keep supporting me!

Keep Calm and Ship Wonkyu, Yunjae, and Krisho

Sankyu and peace all

^^n4oK0^^