Tags

, , , , , , ,

Title : See You Again

Charas / Pairing : WonTop!BestFriend, GTop, Kris, a bit WonKyu

Disclaimer : All casts are belong to their self and God, Charlie Puth, Wiz Khalifa and their label company

Inspired : See You Again by Charlie Puth feat. Wiz Khalifa (taken from Charlie Puth Album – Nine Track Mind)

Warning : Un-betaed, Typos, GS, OOC, AU, Chara Death

Summary : I’ll tell you all about it when I see you again, when I see you again my friend

Series : Then There’s You | We Don’t Talk Anymore

( 。・_・。)(。・_・。 )

Sepasang sepatu pantofel menjejakan alasnya di tangga batu yang mengarah ke sebuah gedung yang menjadi tempat pemakaman dan penyimpanan abu bagi mereka yang sudah meninggal. Langkah kaki pemilik sepatu pantofel pria tersebut terasa berat ketika dia mendekati pintu gedung itu.

Berdiri cukup lama di hadapan dua pintu kaca, pria tersebut akhirnya membuka salah satu pintu kaca itu. Dia membungkuk hormat kepada seorang penerima tamu sebelum meneruskan langkahnya ke lantai tiga, tempat orang yang paling berarti baginya selain keluarganya disemayamkan.

Jika langkah menuju gedung pemakaman itu sudah berat, apalagi langkah menuju salah satu sekat kaca tempat abu seseorang itu disimpan. Pria tinggi itu nampak menatap dalam kaca bening di hadapannya. Perlahan, dia membungkuk lagi dan kali ini cukup lama sebelum dia menegakkan tubuhnya lalu menyapa,

“Hai Seunghyun. Apa kabar?”

.

.

.

“Siwon. Choi Siwon.”

“…”

“Kau tak banyak bicara ya.”

“…”

“Hei. Aku Siwon. Choi Siwon.”

“…”

“Sepertinya kau tidak dengar. Namaku Choi Siwon. Choi. Siwon.”

“Berisik!”

“Ah! Akhirnya kau bersuara juga. Aku sempat curiga kalau kau tidak bisa dengar atau bicara.”

“Apa maumu?”

“Nama.”

“Apa?”

“Nama. Aku mau namamu.”

“Untuk apa?”

“Kok untuk apa? Aku perlu namamu.”

“Sialan! Kau mau mempermainkan aku ya! Untuk apa kau perlu tahu siapa namaku?”

“Ya tentu saja agar kita bisa berteman. Aku tidak mungkin tidak mengetahui nama temanku bukan?”

“…”

“Jadi kita ulang. Namaku Choi Siwon. Siapa namamu?”

“…”

“Hei kawan, siapa namamu?”

“…”

“Hhh… Tampaknya tak mungkin ya.”

“Seunghyun…”

“Huh?”

“Seunghyun. Namaku, Choi Seunghyun.”

.

.

.

Siwon mengingat pertama kali dia berkenalan dengan Seunghyun seakan kejadian itu baru terjadi kemarin.

Seunghyun.

Berandalan sekolah yang terkenal sadis dan dingin. Pemuda yang ketika menginjak kakinya di sekolah menengah atas begitu ditakuti oleh semua orang di sekolah itu.

Semua kecuali satu.

Siwon.

Pemuda tanggung yang biasa saja. Pemuda biasa yang tidak memiliki keahlian tertentu. Pemuda biasa yang ingin melalui masa sekolahnya juga dengan hal biasa.

Namun keinginan itu harus Siwon hilangkan ketika suatu hari setelah upacara penerimaan siswa-siswi baru, dia melihat satu pemuda dikeroyok oleh beberapa orang. Siwon bisa mengenali pemuda yang dikeroyok itu adalah siswa sekolahnya dari seragam mereka.

Merasa harus menolong pemuda itu, Siwon segera berpikir dan mendapatkan ide yang bisa membuatnya dan pemuda itu selamat tanpa harus berkelahi.

“Polisi! Tolong! Disana ada yang berkelahi! Cepat!” teriaknya saat itu. Sontak, para pengeroyok itu lari tunggang langgang mendengar kata polisi. Mereka langsung meninggalkan pemuda malang yang ternyata adalah Seunghyun yang sudah babak belur. Walau Seunghyun menguasai beberapa bela diri tapi lima belas lawan satu adalah hal yang sulit untuk dihadapi meskipun itu Seunghyun.

Siwon bergegas mendekati Seunghyun lalu menolongnya. Saat itu, Siwon langsung membawa Seunghyun yang tak sadarkan diri ke rumahnya. Tidak terpikir kala itu di otak Siwon tentang pekikan ibunya yang kaget melihat Siwon membawa pemuda yang babak belur ke rumah mereka.

Kejadian itu adalah awal dari benang takdir keduanya.

Siwon yang penasaran dengan Seunghyun dan Seunghyun yang merasa terganggu oleh Siwon walau terkadang Seunghyun suka geli sendiri dengan tingkah aneh dan bodoh Siwon. Dengan berbagai cara dan pendekatan dari pihak Siwon, keduanya berangsur-angsur menjadi dekat dan memutuskan untuk berteman dan pertemanan mereka membawa pengaruh ke masing-masing sifat mereka.

Siwon yang awalnya hanya menginginkan kehidupan yang tenang menjadi lebih aktif bahkan terkadang nakal. Sementara Seunghyun yang begitu dingin, menjadi lebih terbuka dan hangat walau hanya di depan Siwon.

Seunghyun dan Siwon terus berteman sampai di titik keduanya menjadi sahabat yang tidak bisa dipisahkan.

Sahabat.

Siwon menghela nafas berat.

Sahabat. Seunghyun adalah sahabatnya. Satu-satunya sahabat yang begitu berarti bagi Siwon.

Bahkan Seunghyun sudah seperti kakak bagi Siwon. Seunghyun adalah keluarga yang menjadi pilarnya selama ini. Seunghyun sudah menjadi seseorang yang selalu Siwon sayangi dan andalkan di segala situasi.

Namun…

Siwon sendiri yang menjauh dari Seunghyun.

Karena terbawa perasaannya sendiri.

Siwon menjauh dari Seunghyun yang selalu ada untuknya.

Siwon memandang papan nama bertuliskan Choi Seunghyun dan tak lama airmatanya menetes. Siwon tak peduli dengan anggapan orang jika pria tidak boleh menangis. Dia ingin mengeluarkan sesak di dadanya sehingga tidak ada niat untuk menghapus bulir-bulir bening yang silih berganti jatuh menuruni pipinya.

Tidak!

Biarkan mereka mengalir karena hanya saat ini Siwon dapat menangisi kepergian Seunghyun. Hanya kali ini Siwon akan menyalahkan dirinya sendiri, menyesal sedalam-dalamnya karena keegoisannya, dan mengungkapkan kesedihannya karena harus berpisah dengan sahabatnya, kakaknya, keluarganya.

“Ma-maafkan aku… Maafkan aku… Maafkan aku Seunghyun…”

.

.

.

Jiyong mengusap meja makan terakhir di restoran Cina tersebut. Menghembuskan nafas dan menghapus peluh di keningnya, ibu satu anak itu tersenyum kepada dirinya sendiri. Jiyong senang karena dengan selesainya mengusap meja terakhir ini, dia bisa pulang kepada putra kesayangannya dan memasakkan makanan favorit putranya itu untuk makan malam. Kali ini makan malam mereka akan sedikit berbeda karena hari ini adalah hari Jiyong menerima gajinya. Jiyong ingin merayakannya bersama sang putra.

Jiyong mengambil tempat duduk sebelum membuka amplop berisi uang tersebut. Jiyong menghitungnya dan bersyukur bahwa jumlahnya sesuai dengan semua jerih payahnya selama sebulan ini. Ternyata keputusannya menerima tawaran teman lamanya untuk kembali ke Korea dan mulai bekerja di restoran miliknya ini adalah keputusan yang benar. Jiyong kini bisa memenuhi kebutuhan putranya dengan layak.

Tidak ada lagi perut yang kelaparan karena tidak ada makanan di meja mereka. Tidak ada lagi tubuh yang kedinginan, rumah yang gelap dan air dingin untuk mandi setiap harinya, hanya karena Jiyong tak mampu membayar tagihan listrik. Tidak ada lagi penagih hutang yang datang sehingga membuat putranya ketakutan.

Tidak ada lagi.

Mereka tidak lagi menderita.

Walau mereka tidak memiliki banyak uang, mereka sudah cukup bahagia karena bisa memiliki satu sama lain. Yang kurang adalah kasih sayang seseorang yang telah meninggalkan mereka.

Yang kurang adalah sosok yang seharusnya bisa menghapus kesedihan dan kesepian mereka, terutama Jiyong. Baik Jiyong dan putranya, mereka tidak lagi menderita namun mereka tetap kehilangan. Kehilangan sosok ayah dan suami tercinta.

Jiyong merasakan matanya memanas karena menahan airmatanya.

Tidak.

Dia sudah berjanji tidak akan menangis lagi jika mengingat Seunghyun.

Jiyong sudah berjanji untuk tegar dan kuat meski Seunghyun tidak bersamanya.

Jiyong kembali menghela nafas panjang kemudian membereskan beberapa hal sebelum pergi ke ruang ganti untuk mengganti seragamnya dan bergegas pulang. Jiyong berjalan menuju halte bus dekat restoran tempatnya bekerja. Begitu dia sampai, Jiyong melihat segelintir orang yang sedang menunggu bus. Jiyong ikut menanti bus seperti orang-orang itu sampai satu suara menegurnya, membuat Jiyong memanglingkan wajahnya dari jalanan yang sibuk.

“Jiyong-ah.” Panggil suara yang tidak akan pernah Jiyong lupakan seumur hidupnya. Suara sahabat suaminya dan juga sahabatnya.

“Si-Siwonnie?” lirih Jiyong, ragu jika suara itu adalah suara Siwon. Namun tangan besar nan hangat yang memegang pipinya adalah bukti bahwa sahabatnya telah kembali.

.

.

.

“Umma pulang!” seru Jiyong riang saat dia membuka pintu apartemen kecil yang dia tinggali bersama sang putra.

“Kris!” seru Jiyong lagi memanggil nama sang putra.

Kris, atau Wu Yifan yang sekarang menjadi Choi Yifan adalah putra angkat Jiyong.

Sepeninggalan Seunghyun, Jiyong mengangkat Kris menjadi anaknya. Meski awalnya berat karena secara tidak langsung Kris adalah penyebab kematian Seunghyun dan buah hati mereka, namun hati Jiyong tidak tega ketika melihat petugas sosial akan membawa Kris, yang melarikan diri dari panti asuhan, kembali tempat tersebut. Jiyong dapat melihat ketakutan dan penolakan Kris kembali ke panti asuhan walau anak itu diam saja.

Lalu apakah benar, Kris yang menyebabkan Seunghyun meninggal?

Seunghyun meninggal dua tahun lalu karena kecelakaan lalu lintas. Saat itu, Seunghyun sedang mengendarai mobil pengantar barangnya ditemani Seungri, putranya dengan Jiyong. Keduanya bermaksud menjemput Jiyong di butik tempatnya bekerja.

Namun naas, ketika Seunghyun hendak melewati lampu lalu lintas yang sedang menyala hijau, Kris tiba-tiba berlari menyebrang jalan. Seunghyun terkejut dan membanting setir ke kiri sementara di sebelah kiri melaju sebuah truk besar.

Tak pelak lagi kedua kendaraan bertemu walau dengan susah payah sang pengemudi truk menghindari Seunghyun, tetap saja mobilnya dan truk itu bertabrakan sehingga sempat membuat mobil Seunghyun terlempar dan berguling beberapa kali sampai berhenti beberapa ratus meter dari lampu lalu lintas tempat Kris berdiri mematung menatap mobil Seunghyun yang hancur.

Semua orang yang berada di tempat kejadian, buru-buru menghampiri Seunghyun dan Seungri. Beberapa dari mereka menghubungi ambulance sedangkan beberapa lagi termasuk pengemudi truk berusaha mengeluarkan Seunghyun dan Seungri.

Seungri tewas seketika. Benturan keras dari kecelakaan itu tidak bisa ditahan oleh tubuh mungilnya. Bocah berusia dua tahun itu diambil kembali oleh Tuhan lebih cepat dari kedua orang tuanya. Sedangkan Seunghyun, pria itu masih bernafas meski luka-lukanya cukup parah.

Hanya membutuhkan beberapa menit, ambulance datang dan membawa Seunghyun dan Seungri pergi. Seorang wanita meminta ambulance itu juga membawa Kris ikut serta bersama Seunghyun. Dia merupakan saksi mata kecelakaan itu dan merasa jika Kris harus ikut dengan mereka jika terjadi sesuatu nanti.

Petugas ambulance pun setuju dan membawa Kris ikut serta bersama dengan pengemudi truk yang merasa bertanggung jawab atas kecelakaan yang terjadi. Mereka semua pergi ke rumah sakit terdekat, sambil berusaha memberikan pertolongan pertama kepada Seunghyun.

Sesampainya di rumah sakit, keduanya di bawa ke ruang gawat darurat. Seungri dinyatakan tewas sementara Seunghyun berada dalam keadaan kritis karena lukanya yang sangat serius. Dokter berusaha menyelamatkan Seunghyun dan walaupun pada akhirnya sang dokter berhasil menangani pendarahan Seunghyun, pria itu dinyatakan koma.

Jiyong datang tepat di saat Seunghyun telah dipindahkan ke ruang ICU. Wanita muda itu menangis histeris ketika dia beritahukan bahwa putranya sudah tidak ada lagi. Ibu muda itu terus memanggil nama Seungri sampai akhirnya pingsan karena kelelahan dan kesedihan yang mendalam.

Begitu Jiyong sadarkan diri, wanita itu tidak membuang waktunya untuk menemui sang suami. Jiyong tidak ingin kehilangan lagi orang yang sangat dia cintai. Jiyong menangis lagi ketika melihat Seunghyun yang terlihat mengkhawatirkan dengan semua luka di tubuhnya. Wanita itu bergetar ketika memegang tangan Seunghyun yang bebas dari jarum infus. Jiyong meletakan tangan Seunghyun di pipinya dan terus memanggil nama Seunghyun, memintanya untuk bangun.

Harapannya terkabul seminggu kemudian ketika suatu malam Seunghyun membuka matanya dan menatap Jiyong yang juga menatapnya dengan haru, terlalu senang karena Seunghyun sadar dari komanya. Keduanya tersenyum satu sama lain, berharap bahwa apa yang terjadi adalah mimpi buruk.

Hanya saja, kenyataan adalah mimpi buruk. Dan itu yang menghampiri Jiyong.

Di saat Jiyong merasa hidup tidak akan kejam lagi kepadanya, di saat dia mengira Tuhan tidak akan mengambil lagi orang-orang terkasihnya, di saat itu pulalah kebahagiaannya di renggut kembali.

Seunghyun, setelah meminta kepada Jiyong untuk terus hidup dan berjanji kepadanya untuk terus tegar dan kuat dalam menjalani hidupnya, menghembuskan nafas terakhirnya. Kata-kata ‘aku mencintaimu dan maaf karena aku pergi lebih dulu’ akan selalu membayangi Jiyong seumur hidupnya.

Sekali lagi, Jiyong menangis keras. Memanggil nama Seunghyun, memohon kepada Tuhan agar tidak mengambil Seunghyun, tetapi Seunghyun tetap terbujur kaku di ranjang rumah sakit itu.

Seunghyunnya. Seunghyunnya tersayang, pergi untuk selamanya.

Beberapa hari setelahnya, beberapa hari setelah Jiyong mengkremasi jenazah Seunghyun dan Seungri, wanita itu dihadapkan dengan Kris, bocah yatim piatu yang berdiri mematung di samping seorang pria paruh baya. Pria itu membungkuk hormat kepada Jiyong sembari mengucapkan bela sungkawa atas kehilangan yang dialami Jiyong.

Sementara Jiyong, wanita itu hanya membalas membungkuk sebelum menatap Kris dalam.

Jadi anak ini yang menyebabkan kecelakaan itu. Batin Jiyong kala itu. Kehilangan orang-orang terkasihnya sempat membuat hati Jiyong menghitam. Namun, sedetik pemikiran itu muncul, sedetik pula Jiyong sadar bahwa bocah di depannya ini sama sekali tidak bersalah.

Kematian Seunghyun dan Seungri sudah menjadi takdir yang digariskan oleh Tuhan. Tuhan terlalu menyayangi keduanya sampai Dia memutuskan untuk mengambil mereka.

Jiyong berusaha tersenyum meski matanya berkaca-kaca. Dengan perlahan, tangan Jiyong membelai pipi Kris yang sejak tadi hanya mampu memandangnya tanpa ekspresi dan mengatakan sesuatu kepada Kris. Begitu tangan Jiyong yang hangat menyentuh kulit pipinya dan kata-kata itu menyapa telinga Kris, bocah itu bergetar. Raut wajahnya seperti ingin menangis.

Dan menangislah Kris.

Tanpa suara, bocah itu menangis sambil menundukkan kepala, merasa begitu kecil dan…

…sangat bersalah.

Bocah berusia tujuh tahun itu tahu kenapa dia dibawa ke tempat itu. Kris sadar apa yang telah diperbuatnya telah membuat wanita di hadapannya kehilangan orang-orang yang dicintainya. Dia sadar bahwa menangis pun tidak akan membuatnya bisa mengembalikan orang-orang tersebut ke wanita itu. Namun apa yang bisa dilakukan seorang anak kecil selain menangis.

Sekuat apapun Kris menahan tangisnya, tak memberikan reaksi, bersikap seolah-oleh dia tak peduli, tetapi Kris peduli. Dia peduli.

Kris bahkan sudah siap jika wanita itu menamparnya, memukulnya, atau bahkan membunuhnya untuk melampiaskan kesedihan dan kemarahannya.

Akan tetapi Kris tidak menduga jika Jiyong justru akan membelainya dan mengatakan,

“Apa kau baik-baik saja sayang? Yang kuat ya. Anak baik.”

Pertahanan Kris hancur sudah. Hatinya yang sengaja dia bekukan karena membenci orang dewasa, luluh sudah dengan kebaikan dan ketulusan hati Jiyong. Wanita itu, wanita yang seharusnya membencinya justru menanyakan keadaannya dan berusaha menguatkan hatinya padahal dia sendiri sedang berduka.

Kris, bocah yang tidak mempercayai siapa pun di dunia kecuali dirinya sendiri, menaruh kepercayaannya saat itu juga kepada Jiyong. Dan bersumpah kepada dirinya bahwa kelak dia dewasa nanti, dia akan menjaga Jiyong.

Keduanya berpisah hari itu juga, dengan Kris yang enggan berpaling dari Jiyong dan Jiyong yang merasa cemas melihat Kris yang sepertinya tidak mau pergi bersama lelaki yang bersamanya.

Melihat Kris seolah mengingatkannya kepada Seunghyun.

Tatapan itu mirip dengan tatapan Seunghyun.

Kuat namun rapuh, dingin namun hangat, tak acuh namun kesepian.

Jiyong yakin Kris adalah anak yang baik. Hanya saja, dia tidak bisa membiarkan dirinya terluka dan untuk itu dia menutup diri. Sama seperti Seunghyunnya walau pada akhirnya mendiang ibundanya, Jiyong dan Siwon berhasil mengeluarkan dari lumpur keterpurukan.

Dan Jiyong merasakan dia harus melakukan hal yang sama terhadap Kris sehingga ketika kedua lelaki berbeda umur itu akan membuka pintu keluar, Jiyong menahan keduanya dengan,

“Tunggu! Aku ingin meminta sesuatu kepada anak itu!”

Jiyong meminta kepada Kris, apakah dia mau menjadi anak Jiyong? Apakah dia mau berbagi cerita masa lalu, masa sekarang dan masa depan dengan Jiyong? Sebagai satu keluarga.

Dua tangan yang memeluk erat lehernya, menjadi jawaban untuk Jiyong.

Akhirnya, setelah mengurus semua berkas adopsi Kris, bocah itu resmi menjadi anak Jiyong dan keduanya memulai hidup baru. Walau beberapa tahun belakangan mereka benar-benar harus berjuang untuk hidup tetapi keduanya sama-sama bisa menghadapinya karena perasaan saling menjaga mereka yang kuat.

“Kris! Kris! Sayang! Dimana kamu?” panggil Jiyong lebih keras.

Kris, sembilan tahun saat ini, menyambut sang bunda dengan senyum tipis. Bocah itu melepas kedua sarung tangannya sebelum membantu Jiyong membawakan barang belanjaan Jiyong ke dapur kecil yang juga berfungsi sebagai ruang makan. Nampaknya, Kris sedang bersih-bersih apartemen mereka ketika Jiyong pulang.

Kris terlalu fokus membantu sang bunda sampai tak sadar jika mereka kedatangan tamu. Hanya ketika suara berat itu menyapa telinganya, Kris baru menoleh ke arah tamu tersebut.

“Jiyongie, apa dia…” Siwon, tamu yang berkunjung ke apartemen kecil milik Jiyong itu, tak mampu menyelesaikan pertanyaannya sendiri. Pria itu terperangah karena tidak mengira akan melihat Kris yang entah bagaimana memiliki sedikit kemiripan dengan mendiang sahabatnya.

Jiyong tersenyum tatkala melihat wajah kaget Siwon. Dengan perlahan, Jiyong memutar tubuh Kris yang sedikit menyamping agar berhadapan dengan Siwon kemudian membungkukan tubuh itu terhadap Siwon.

“Salam kenal samchon, nama saya Choi Yifan. Samchon bisa memanggil saya dengan Kris.” Ucap Jiyong memperkenalkan Kris seolah-olah dia adalah Kris.

“Kris, pria itu adalah Siwon samchon. Siwon samchon adalah sahabat dekat appa dan umma. Saking dekatnya, kami menganggapnya seperti adik kami sendiri.” Ujar Jiyong lagi dan kali ini memperkenalkan Siwon kepada Kris.

Kris menganggukkan kepalanya tanda dia mengerti dan langsung saja bocah itu membungkuk lagi, memberi hormat kepada Siwon sebelum tersenyum tipis. Bagi Kris, setiap orang yang menjadi bagian penting dalam kehidupan kedua orangtuanya adalah orang penting juga untuknya.

Sementara itu Siwon hanya bisa menatap Jiyong dengan wajah penuh tanda tanya. Mengapa Jiyong yang memperkenalkan diri Kris? Kenapa bukan anak itu sendiri yang memperkenalkan dirinya? Pertanyaan itu terjawab tanpa harus Siwon tanyakan kepada Jiyong karena wanita itu sudah lebih dulu menjawabnya.

“Kris tidak bisa bicara Siwonnie.”

Siwon membulatkan kedua matanya sebelum mengarahkan perhatiannya kepada Kris lagi. Siwon bisa melihat ada kecemasan dan ketakutan di diri bocah itu jikalau Siwon tidak menyukai dirinya karena kekurangannya dan hal itu bisa menyebabkan Siwon memisahkan Jiyong dari dirinya karena menganggap Kris sebagai beban Jiyong.

Siwon menatap Kris cukup lama sampai senyum lesung pipinya muncul dan satu elusan lembut di kepala Kris membuat suasana sedikit mencair. Siwon berjongkok agar matanya bisa sejajar dengan Kris dan kembali mengelus kepala Kris.

“Salam kenal Kris. Namaku Siwon. Senang bertemu denganmu.” Ucap Siwon tulus yang langsung dirasakan oleh Kris. Bocah itu mengangguk mantap dan kembali tersenyum.

.

.

.

Dua orang sahabat baik itu terlihat sedang menikmati waktu kebersamaan mereka dengan meminum wine yang dibawa oleh sang pria dan memakan kudapan yang dibuat oleh sang wanita. Keduanya terlibat percakapan nostalgia kala mereka masih remaja dan bagaimana kehidupan mereka setelah bertahun-tahun berpisah.

Siwon dan Jiyong sesekali tertawa kala mengingat betapa konyolnya mereka dulu dan tersenyum pilu ketika mengenang peristiwa yang berkaitan dengan Seunghyun. Keduanya terus berbagi cerita tentang diri mereka sendiri sampai Jiyong mengutarakan satu pertanyaan yang selalu menghantuinya.

“Kenapa kau menghilang dari kehidupan kami Wonnie?”

Siwon terdiam sejenak saat pertanyaan itu terucap dari bibir Jiyong. Lelaki itu bukannya tidak mau menjawab, tapi Siwon memang belum memiliki jawaban apapun untuk pertanyaan Jiyong. Jangankan menjawab, pertanyaan itu adalah pertanyaan yang sama yang selalu Siwon tanyakan kepada dirinya.

“Entahlah. Aku pun tak tahu. Mungkin karena aku egois.” Aku Siwon jujur pada akhirnya. Jiyong terkekeh dengan jawaban Siwon.

“Semua orang pasti memiliki masa-masa saat dia harus egois Siwon tapi aku yakin bukan itu alasan kenapa kau menghilang seolah di telan bumi.” Ujar Jiyong membuat Siwon ikut terkekeh bersamanya.

“Aku benar-benar tidak tahu harus menjawab apa Jiyong-ah. Aku sendiri sampai saat ini masih bertanya mengapa aku bisa memutuskan untuk pergi tanpa kabar padahal sejak dulu aku selalu menceritakan apapun kepada Seunghyun dan juga kau.” Balas Siwon yang membuat Jiyong memandangnya lekat. Wanita itu menghela nafas panjang dan mengajukan lafi pertanyaan yang membuat Siwon tersentak.

“Katakan padaku yang sejujurnya Siwonnie. apa kau iri kepada Seunghyun?”

Siwon terdiam kembali. Pikirannya mencoba mencari sejuta alasan yang bisa membuat Jiyong tidak berpikiran negatif terhadapnya ketika dia menjawab pertanyaan tersebut. Namun…

Namun, Siwon tidak bisa mengatakan apapun kecuali,

“Ya.” Jawabnya. Lalu tanpa ada yang bisa Jiyong lakukan, Siwon mulai menangis. Janjinya yang tidak akan menangis lagi setelah pergi dari tempat persemayaman Seunghyun dilanggarnya. Siwon terus menangis dengan Jiyong yang setia membiarkan sahabatnya itu melakukan apa yang ingin dia lakukan.

Beberapa menit kemudian Siwon menghirup udara sebanyak-banyaknya dan menghembuskannya dengan cepat. Airmatanya masih terus mengalir namun pemuda itu tidak mengeluarkan suara apapun kecuali tarikan nafasnya.

“Siwonnie…” panggil Jiyong hati-hati. Siwon mendengar panggilan Jiyong dan menatap Jiyong dengan tatapan menyesal.

“Ma-maafkan a-aku Jiyong-ah… M-maaf…” ujar Siwon meminta maaf atas semua keegoisan selama ini. Jiyong hanya bisa tersenyum pilu sebelum memeluk Siwon yang meletakan dahinya di bahu Jiyong.

Jiyong membelai rambut belakang Siwon dengan lembut dan penuh kasih sayang sebelum kembali bersuara.

“Kau iri karena Seunghyun bahagia denganku sedangkan kau…” Jiyong tidak sempat menyelesaikan kalimatnya ketika tiba-tiba Siwon mengangkat kepalanya dan kembali berusaha meminta maaf kepada Jiyong.

“A-aku egois Jiyong-ah. Ak-“ kali ini Siwon yang terpotong ucapannya dengan tepukan ringan di pipinya. Jiyong menatap kedua iris hitam Siwon dengan serius sebelum kembali melanjutkan kalimatnya.

“Sudah kukatakan sebelumnya bukan, semua orang pasti memiliki masa-masa saat dia harus egois. Aku paham kau butuh menjauh dari sesuatu yang membuatmu merasa terluka dan sesuatu itu atau seseorang adalah Seunghyun.” Ucap Jiyong mulai mengerti mengapa Siwon menjauhi Seunghyun dan dirinya. Pria di hadapannya ini adalah pribadi yang rapuh sejak…

Sejak Kyuhyun meninggalkannya.

Lamunan Jiyong akan Kyuhyun buyar ketika Siwon sendiri kembali bicara. Dan ternyata dugaan Jiyong bahwa Siwon masih memikirkan Kyuhyun, benar adanya. Siwon sendiri yang mengakuinya.

“Aku pikir rasa sesak yang selalu aku rasakan ketika melihat kalian karena aku kehilangan Kyuhyun. Namun ternyata rasa sesak itu karena aku merasa iri dengan kebahagiaan Seunghyun. Aku menginginkan apa yang Seunghyun miliki. Aku selalu bertanya, mengapa Seunghyun bisa mempertahankan cintanya sampai bisa menikah denganmu? Mengapa Seunghyun bisa tersenyum setampan dan semempesona padahal dia harus berjuang keras memenuhi semua kebutuhan kalian? Mengapa dia bisa begitu bahagia disaat aku tidak?”

“Wonnie…” lirih Jiyong tidak tahu harus mengatakan apa atas pengakuan Siwon ini.

“Aku sahabat yang buruk Jiyong-ah. Aku kejam. Aku meninggalkan Seunghyun, orang yang mengetahui diriku sampai hal terkecil hanya karena rasa iriku. Seunghyun, yang selalu ada untukku. Aku… Ak-“

“Sudah. Kau tak perlu mengatakan apa-apa lagi. Aku mengerti Wonnie dan aku yakin Seunghyun pun mengerti.”

“…”

“Seunghyun pasti mengerti. Dia sahabatmu, dia sudah seperti kakakmu. Dia pasti mengerti.”

“Jiyong-ah… Kenapa dia harus pergi secepat ini? Kenapa? Aku belum sempat meminta maaf kepadanya? Aku bahkan belum mengucapkan selamat karena dia sudah menjadi seorang ayah. Aku juga tidak sempat bertemu dengan putra kalian. Kenapa Jiyong-ah? Kenapa?”

Jiyong tidak bisa menjawab pertanyaan Siwon karena dia tidak sanggup lagi menahan tangisnya. Jiyong kembali memeluk Siwon erat, berusaha menggantikan posisi Seunghyun yang selalu bisa menenangkan Siwon jika lelaki itu bersedih seperti sekarang. Jiyong berharap esok Siwon bisa menguatkan hatinya dan bisa berpikir jernih bahwa semua yang terjadi bukanlah kesalahannya. Tidak ada yang menyalahkan pria itu. Bahkan Seunghyun sekali pun.

Hyunnie, bantu aku. Bantu aku agar Siwon bisa menerima kepergianmu. Bantu aku yeobo.

.

.

.

Siwon duduk tenang di salah satu bangku taman sambil memperhatikan Kris yang sedang melukis di pinggir kolam ikan. Bocah sembilan tahun itu memang memiliki bakat melukis sehingga Jiyong berusaha agar hobi dan bakat putranya bisa tersalurkan dengan baik.

Hari ini Siwon sukarela menjaga Kris ketika Jiyong bekerja. Biasanya jika hari libur seperti saat ini, Kris akan sendirian di rumah, membantu Jiyong membereskan pekerjaan rumah. Namun karena Siwon masih memiliki libur selama satu bulan sebelum dia mulai bekerja di perusahaan kakak tirinya, Siwon menawari Jiyong untuk mengajak Kris jalan-jalan sembari ingin mengenal lebih dekat bocah tersebut.

Jiyong tentu sangat senang dan langsung setuju sementara Kris hanya mengangguk, tidak terlalu peduli dengan ajakan Siwon karena baginya jika Jiyong senang maka dia pun akan senang. Maka disinilah mereka, Siwon yang hanya duduk memperhatikan Kris dan Kris yang serius melukis dengan alat lukis baru yang dibelikan oleh Siwon.

Siwon tersenyum tipis. Pria itu merasa bahwa Tuhan memang ada. Disaat dirinya kehilangan salah satu orang yang paling berarti untuknya, Dia menggantikan sosok tersebut dengan versi mininya. Kris, bocah itu bukanlah anak kandung dari Seunghyun. Namun sifat dan sikapnya persis seperti sang ayah angkat. Siwon selalu merasakan bahwa Seunghyun tidak pernah pergi sepenuhnya. Sahabatnya itu hanya berubah bentuk menjadi anak kecil, memulai kembali hidupnya dengan lebih baik.

Siwon terus memandang Kris dengan senyum tulus terpatri di wajah tampannya. Semakin lama dilihat, Siwon benar-benar melihat Seunghyun di sosok Kris. Siwon merasa bahwa Seunghyun benar-benar menyayanginya. Seunghyun tak rela Siwon kesepian sehingga dia meminta Tuhan menghadirkan Kris kepadanya. Hal itu dan juga…

Pengampunan dari Seunghyun.

Pengampunan itu Siwon dapatkan dan rasakan dari Jiyong. Kemarin, Siwon mengeluarkan semua perasaannya kepada Jiyong. Rasa bersalah, penyesalan, kesedihan, semua.

Dan disaat Siwon terpuruk dengan semua rasa itu, Siwon seolah merasakan keberadaan Seunghyun disisinya. Sama seperti dulu ketika Siwon bersedih, Seunghyun akan datang dan menghiburnya.

Rasa sesak dihatinya perlahan mengurai sedikit demi sedikit dengan kehangatan pelukan Jiyong dan kebaikan hati ibu muda itu. Semua itu mengingatkan Siwon akan kebaikan hati dan kehangatan Seunghyun sendiri. Sahabatnya itu seolah mengatakan bahwa Siwon tidak melakukan kesalahan apapun dan bahwa Seunghyun sudah tenang di sisi-Nya.

Siwon menghela nafas dan sekali lagi melebarkan senyumannya. Seunghyun adalah sahabatnya, kakaknya, keluarganya. Dalam waktu semalam, melalui orang lain dia telah menghapuskan kepedihan di hati Siwon. Dalam waktu semalam, Seunghyun mengajarkannya untuk bisa memaafkan diri sendiri dan berjalan maju dengan tujuan yang baru.

Siwon tahu meski dia tidak lagi terlarut dalam rasa bersalahnya namun penyesalannya akan perpisahannya dengan Seunghyun tanpa pamit, tidak akan pernah hilang begitu saja. Namun menyesal pun tidak akan menghidupkan kembali Seunghyun maupun Seungri. Yang bisa Siwon lakukan sekarang adalah mengikuti permintaan Seunghyun, move on dan menggantikan Seunghyun menjaga keluarga kecilnya sebagai tujuan hidup Siwon yang baru dan juga…

… dan juga mencari kebahagiannya sendiri.

Siwon akan membalas jasa Seunghyun selama ini terhadapnya dengan menjadi apa yang diinginkan oleh Seunghyun. Dia akan melakukan membuat Seunghyun bangga dan ketika waktunya tiba, Siwon akan tersenyum lebar saat bertemu lagi dengan Seunghyun.

Ya, Siwon berjanji. Walau…

… walau Siwon tidak tahu kapan kebahagiaannya itu akan menghampirinya lagi setelah…

“Siwonnie.”

.

.

.

It’s been a long day without you, my friend

And I’ll tell you all about it when I see you again

We’ve come a long way from where we began

Oh, I’ll tell you all about it when I see you again

When I see you again

.

.

.

“Kyu.” Panggilan itu tidak membuat wanita cantik berambut sebahu itu menoleh. Dia justru diam dan fokus ke arah pemandangan taman dari jendela mobil.

“Kyu.” Sekali lagi namun dengan hasil yang sama. Sampai akhirnya,

“Kyuhyun!” teriak pria yang terus memanggil wanita bernama Kyuhyun itu dan akhirnya menghasilkan tolehan ditambah delikan kesal dari Kyuhyun.

“Akh! Apa sih oppa? Kaget!” balas Kyuhyun juga berteriak kepada pria yang dipanggilnya dengan sebutan oppa itu.

“Kau sedang melihat apa?” tanya pria yang sekarang ikut-ikutan melihat ke arah luar. Kyuhyun tersenyum lebar sebelum tiba-tiba melepas sabuk pengaman mobil dan membuka pintu penumpang.

“Eh! Kau mau kemana Kyu?” tanyanya lagi.

“Um… Sepertinya aku melihat orang yang aku kenal oppa. Jadi aku mau menyapanya dulu. Oppa pulang duluan saja.” Jawab Kyuhyun dan langsung berlari ke arah orang yang dia kenal berada. Kyuhyun tidak menghiraukan panggilan-panggilan yang meminta Kyuhyun untuk kembali. Kyuhyun hanya berbalik ketika dia mendengar teriakan terakhir yang menanyakan sesuatu kepadanya.

“Tunggu Kyuhyun! Kau melihat siapa?”

Kyuhyun tersenyum sebelum menjawab,

“Rahasia!” dan kembali berlari.

Kyuhyun terus tersenyum karena matanya tidak mungkin menipunya dan walau matanya bisa saja menipunya, tapi hatinya tidak.

Dia ada disini. Siwonnienya ada disini.

“Akhirnya kau kembali Wonnie. Kau kembali.”

END

 ( 。・_・。)(。・_・。 )

n4oK0’s notes : Nao datang lagi… Masih dengan WonKyu Day 1013 versi Nao. Gomen kalo kali ini wonkyunya dikit (malah bisa dibilang ga ada), tapi Nao ingin posting ff ini. Sesekali wonkyunya side aja. ^^v

Nao gomen juga kalo ceritanya mungkin aneh atau ga nyambung atau typonya warbiyasa banyak atau gimana gtu… Nao setengah tidur buatnya… Gomen amazing readers m(_ _)m

Tak perlu berlama2, silahkan tinggalkan jejak amazing readers… Nao seneng kalo ada yang perhatiin kerja keras Nao \(^0^)/

Keep Calm and Ship WonKyu (kali ini WonKyu aja) ;D

Sankyu and Peace all

^^n4oK0^^