Tags

, , , ,

Someday We'll Know Rev

( 。・_・。)(。・_・。 )

Title : Someday We’ll Know 4

Pairing : Wonkyu, Yunjae

Genre : Romance, Angst, Family

Rating : PG

Disclaimer : All casts are belong to their self and God, the poster belong to @SuciiCho

Warning : Un-betaed a.k.a. Typos, GS, a little mention of drugs used, Several OC, a rather fast plot, OOC, AU

Summary : Where is happiness? Only yourself could answer that.

( 。・_・。)(。・_・。 )

Previous Chapter

Menyadari bahwa Seungwoo memang tidak akan kembali lagi, Siwon seperti mendapatkan sesuatu. Dia bergegas berlari meninggalkan ruangan itu. Hyori dan Hyunjae yang panik akan emosi Siwon yang labil saat ini segera menyusul Siwon. Ketika mereka bisa menemukan Siwon, ternyata yang bersangkutan sedang terlihat bergumul dengan penjaga rumah sakit. Ditangan Siwon terdapat sebuah pisau, yang sepertinya merupakan pisau lipat. Penjaga itu memegangi tangan Siwon yang menggenggam pisau tersebut, berusaha untuk melepaskannya dari genggaman Siwon. Siwon terus berontak, berusaha melepaskan diri dari penjaga tersebut sambil meneriakan sesuatu.

“Lepaskan! Aku harus menyusul appa! Dia sendirian kalau tidak aku! Lepaskan!!” Hyori dan Hyunjae terkejut mendengar bahwa Siwon mencoba menyusul Seungwoo. Segera Hyori memanggil suster dan dokter yang ada untuk bisa memberikan Siwon suntikan penenang. Semua orang dirumah sakit tersebut mengelilingi Siwon berusaha menenangkan Siwon yang histeris dan terus berontak, sampai ada salah satu dokter pria mampu memberikan suntikan penenang kepada Siwon sehingga Siwon menjadi lemas dan tertidur karena pengaruh obat bius tersebut.

Hyori dan Hyunjae segera meminta pihak rumah sakit untuk membawa Siwon ke salah satu kamar rawat. Pihak rumah sakit pun segera melalukan permintaan pasangan Yoo tersebut dan membawa kesalah satu kamar rawat dirumah sakit tersebut. Didalam batas kesadarannya Siwon masih mengucapkan permintaan maaf dan permohonan agar dia boleh menyusul Seungwoo.

( 。・_・。)(。・_・。 )

“Ap..appa.. Siwon akan segera menyusul appa.. Si..Siwon minta maaf ka..karena Siwon telah mengecewakan appa… Tunggu Si..Siwon appa..Tung…” ucapan siwon terhenti karena akhirnya pengaruh obat bius itu bekerja sempurna. Walau Siwon tertidur, airmatanya masih terus mengalir, menandakan hatinya yang hancur dan kesedihan karena kehilangan ayah tercinta. Siwon tidak tahu bagaimana hidupnya nanti setelah kepergian Seungwoo. Kerena Seungwoo satu-satunya harapan Siwon Seungwoo adalah pegangan Siwon untuk bisa menghadapi hidup ini. Tanpa Seungwoo, Siwon bukan apa-apa. Tanpa Seungwoo, Siwon sudah tidak bisa merasakan kebahagiaan karena kebahagiaan itu telah pergi bersama dengan perginya Seungwoo.

Siwon menatap pusara Seungwoo dengan mata yang berkaca-kaca. Siwon sudah terus berdiri didepan makan Seungwoo meskipun semua orang yang menghadiri pemakaman Seungwo telah kembali kerumah dan tempat mereka masing-masing. Yang masih setia berada disana menemani Siwon hanya beberapa orang seperti tuan Lee, Kangin, dokter Cho, Hyori serta Hyujae. Mereka masih berada disana karena ingin memastikan Siwon tidak melakukan kebodohan seperti saat dia pertama kali mengetahui bahwa Seungwoo meninggal dunia, walaupun sepertinya Siwon sudah tidak akan mengulanginya lagi.

Siwon memang beberapa kali melakukan percobaan bunuh diri ketika dia sadar dari obat bius saat dia berada di rumah sakit. Siwon membuat orang disekitar rumah sakit tersebut beserta Hyori dan Hyunjae kerepotan karena Siwon selalu memberontak ketika mereka berusaha menghalangi usaha Siwon. Siwon pasti masih akan terus berusaha untuk melakukan hal gila tersebut jika Hyunjae tidak turun tangan menyadarkan Siwon dari pikiran sempitnya itu.

Flashback

Plak!! Tamparan Hyunjae yang cukup keras mendarat di pipi Siwon yang terus saja berteriak ingin mati menyusul Seungwoo. Tamparan Hyunjae tersebut membekas di pipi Siwon, membentuk bayangan tangan dan membuat pipi Siwon memerah dengan sedikit luka disudut bibir Siwon. Siwon menatap nanar kearah Hyunjae yang juga menatap dengan padangan penuh amarah namun tersirat kesedihan dimatanya. Mereka berdua saling bertatapan sampai Hyunjae dengan tiba-tiba menarik Siwon dari kamar rawatnya menuju kamar duka yang ada d irumah sakit tersebut. Tidak lupa Hyunjae membawa pisau buah kecil ditangannya. Siwon hanya diam saja mengikuti Hyunjae. Siwon tidak memberikan perlawanan apa pun ketika dia ditarik kasar oleh Hyunjae. Hyori yang melihat suaminya dan Siwon pergi begitu saja menjadi sangat khawatir dan ikut menyusul keduanya.

Sesampainya di kamar duka, Hyunjae mendorong kasar Siwon kearah sebuah meja dengan peti mati diatasnya. Didalam peti mati tersebut terdapat Seungwoo yang terbaring dengan tenang. Hyunjae mendekati Siwon yang terus memandang wajah Seungwoo dan mengambil tangan kanan Siwon dan menyerahkan pisau buah tersebut ditelapak tangannya.

“Kalau kau ingin mati, maka matilah di depan appamu. Matilah di depan appamu yang sudah mempercayai kami agar bisa menjagamu. Matilah dengan semua keegoisanmu karena kau tidak mau mendengar apa permintaan terakhir appamu pada kami.” Hyunjae berkata sengit sambil terus memegang tangan Siwon yang menggenggam pisau buah itu. Siwon tidak mengatakan apa-apa. Yang ada dipikirannya adalah ucapan terakhir Hyunjae yang menyatakan bahwa Seungwoo meninggalkan permintaan terakhir pada Hyunjae dan Hyori.

Siwon menolehkan kepalanya kearah Hyunjae dan menatapnya dengan pandangan penuh tanda tanya. Hyunjae yang menyadari bahwa Siwon mulai memberikan reaksi terhadap kata-katanya, mulai menenangkan dirinya. Hyunjae mulai mengendurkan pegangannya dari tangan Siwon dan kemudian merangkul pundak Siwon dan menariknya perlahan agar Hyunjae dapat memeluknya. Hyunjae tahu Siwon benar-benar butuh seseorang untuk berbagi kesedihannya saat ini. Seseorang yang dapat dia andalkan karena satu-satunya penyangga hidupnya telah pergi untuk selama-lamanya.

“Kenapa kau berpikir jika kau mati menyusul appamu, maka dia akan senang?! Appamu tidak sendirian Siwon. Appamu sudah tenang disana nak. Appamu sudah berada ditangan yang benar. Tuhan pasti akan menjaga dia Siwon, kau tidak perlu khawatir lagi.” Siwon tidak bisa menahan airmatanya untuk mengalir ketika dia mendengar Hyunjae terus menasehatinya. Mendengar suara seseorang yang begitu mirip dengan Seungwoo, Siwon seakan mendengar Seungwoo sendiri yang menasehatinya.

Isakan demi isakan keluar dari mulut Siwon dan dengan sabar dan penuh perhatian, Hyunjae terus memeluknya. Hyunjae tidak perduli ketika dia merasakan airmata Siwon membasahi pundaknya. Hanya satu yang menjadi perhatiannya sekarang, yaitu membuat Siwon menyadari bahwa hidupnya harus tetap berjalan. Bahwa keinginan Seungwoo adalah agar anak kebanggaannya itu menjadi orang yang sukses. Hyunjae masih mengingat pesan terakhir Seungwoo yang menyatakan bahwa dia ingin Siwon melanjutkan kuliahnya. Dia ingin Siwon bisa mendapatkan hidup yang layak. Dia ingin Siwon mendapatkan kebahagiaannya karena Siwon sudah terlalu menderita selama ini.

Hyunjae masih mengingat bagaimana pertama kali dia bertemu dengan Seungwoo sebulan yang lalu. Saat itu Seungwoo berada di persimpangan lampu merah didekat restoran miliknya. Hyunjae yang saat itu memang berada disamping Seungwoo merasa aneh dengan kondisi Seungwoo yang terlihat sangat lemah dan sedang sakit. Hyunjae memperhatikan Seungwoo karena Hyunje merasakan bahwa Seungwoo bisa pingsan kapan saja. Dan dugaannya benar, karena sedetik berikutnya, Seungwoo terjatuh tak sadarkan diri. Walaupun Hyunjae sudah tua namun dengan cekatan Hyunjae masih mampu menopang tubuh Seungwoo sebelum dia terjatuh ketanah dengan keras. Hyunjae langsung memanggil pertolongan dan terus berusaha membangunkan Seungwoo.

Hyunjae kemudian membawa Seungwoo kerumah sakit dan segera memberitahu istrinya, Hyori, bahwa dia akan terlambat karena kejadian ini. Setelah memberitahu istrinya, Hyunjae tidak langsung meninggalkan Seungwoo, melainkan dia terus menunggu sampai dokter menjelaskan apa yang terjadi dengan Seungwoo. Betapa terkejutnya Hyunjae ketika mengetahui bahwa Seungwoo menderita kanker dan keadaannya sudah sangat parah. Hyunjae memperhatikan dengan baik semua penjelasan dokter dan ketika dokter tersebut menyatakan bahwa dia akan melepaskan Seungwoo setelah dia sadar karena sepertinya Seungwoo tidak sanggup membayar biaya rumah sakit untuk perawatan, seketika itu juga Hyunjae langsung memutuskan bahwa dia yang akan menanggung semua biaya.

Dokter tersebut sempat menanyakan apa hubungan Hyunjae dengan Seungwoo. Dengan mantap, Hyunjae menjawab bahwa Seungwoo adalah adiknya dan dia ingin perawatan terbaik untuk Seungwoo. Hyunjae tidak tahu kenapa dia bisa memutuskan hal penting seperti itu tanpa berunding dulu dengan istrinya, namun satu hal yang Hyunjae tahu bahwa Seungwoo benar-benar membutuhkan bantuan dan demi Tuhan, Hyunjae akan memberikannya selama dia bisa.

Ketika Seungwoo sadar dari pingsannya, Seungwoo sempat heran mengapa dia bisa berada dirumah sakit. Seungwoo sempat berusaha untuk pergi dari rumah sakit namun berhasil dihentikan oleh suster. Dokter yang menangani Seungwoo memberitahu apa yang telah terjadi dengan Seungwoo dan siapa yang membantunya. Awalnya Seungwoo tidak percaya dengan penjelasan dokter tersebut karena dia berpikir apakah ada orang sebaik itu di dunia ini. Tetapi, setelah bertemu langsung dengan Hyunjae dan juga Hyori keeseokan harinya, Seungwoo merasa menjadi orang paling beruntung. Dia merasa bahwa Tuhan masih menyayanginya sehingga bisa dipertemukan dengan orang sebaik Hyunjae dan Hyori.

Hanya saja, Seungwoo yang tidak mau merepotkan pasangan Yoo itu lebih lama lagi, memutuskan untuk pergi dari rumah sakit tersebut. Seungwoo mengatakan pada pasangan tersebut bahwa dia akan pergi sehingga dia tidak akan menggangu kehidupan dari pasangan Yoo tersebut. Namun, Hyunjae yang sudah kukuh ingin membantu Seungwoo tidak memperbolehkannya. Dia bersikeras bahwa Seungwoo tetap harus menjalani perawatan di rumah sakit dan jika Seungwoo menolak, maka Hyunjae akan menganggap Seungwoo tidak tahu balas budi karena sebelumnya memang Hyunjae telah menolong Seungwoo.

Hyunjae mengatakan bahwa jika Seungwoo mau menerima bantuannya, Seungwoo meringankan kekhawatirannya akan kondisi Seungwoo. Seungwoo sempat merasa aneh dengan sikap Hyunjae. Hyunjae bersikap seakan-akan dia takut kehilangan Seungwoo, padahal Seungwoo hanyalah orang asing yang tidak sengaja bertemu dan ditolong oleh Hyunjae. Namun, kali ini Seungwoo tidak bersikap keras kepala lagi, karena bagaimana pun dia memang berhutang budi kepada Hyunjae pertama kali saat dia membawanya ke rumah sakit. Dan walaupun dia akan merepotkan pasangan Yoo tersebut, dia akan menuruti permintaan Hyunjae karena raut wajah Hyunjae mengingatkan dia akan wajah khawatir Siwon. Seungwoo memang masih merasa bersalah karena telah meninggalkan Siwon, namun hanya ini satu-satunya cara menurut Seungwoo yang dapat mengurangi beban Siwon.

Hyunjae merasa lega ketika akhirnya Seungwoo mau dirawat di rumah sakit ini. Dia langsung mengurus semua hal untuk keperluan Seungwoo dan selama Seungwoo dirawat di rumah sakit tersebut, Seungwoo selalu bercerita tentang Siwon hingga Hyunjae dan Hyori merasa mengenal dekat siapa Siwon itu. Lalu ketika Seungwoo sudah tidak bisa diselamatkan lagi, disaat terakhirnya, Seungwoo meminta bantuan kepada pasangan Yoo itu sekali lagi. Seungwoo berharap agar Hyunjae dan Hyori dapat menjaga Siwon. Agar mereka mau membantu Siwon sebagaimana mereka telah membantu Seungwoo.

Tentu saja permintaan itu disanggupi oleh Hyunjae dan Hyori. Maka dari itu mereka berdua mencoba menghubungi Siwon agar Siwon dapat bertemu dengan Seungwoo sebelum terlambat. Walau pada akhirnya Siwon tidak bisa datang tepat waktu, Seungwoo tetap merasa bahagia. Bahagia karena selama ini dia sudah diberikan berkah dengan mempunyai putra seperti Siwon. Bahagia karena bisa bersama dengan Siwon walau disaat-saat sulit. Bahagia karena akhirnya Seungwoo bisa melepaskan beban Siwon yang paling berat, yaitu dirinya sendiri. Disaat terakhir Seungwoo, hanya satu nama yang dia ucapkan, Siwon.

“Maafkan aku tuan Yoo. Ak..aku..aku..” Suara Siwon membuyarkan ingatan Hyunjae akan Seungwoo. Dia menyadari bahwa Siwon sudah melepaskan pelukannya dan sedang berusaha menghapus airmata walaupun sepertinya belum membuahkan hasil karena butir-butir airmata tersebut masih terus mengalir. Hyunjae mengelus rambut Siwon dengan penuh kasih sayang. Entah karena mendengar cerita Seungwoo tentang Siwon atau karena perasaan sentimental yang sedang mempengaruhi Hyunjae, dia merasa bahwa Siwon sudah seperti anaknya sendiri. Jika putra tersayang Hyunjae masih hidup, mungkin Siwon dan anaknya tersebut bisa menjadi teman yang baik. Hyunjae mengerti benar bagaimana perasaan Siwon sekarang ini, karena dia dan Hyori pernah merasakan kehilangan yang sama. Tidak hanya putra sematawayangnya, namun menantu dan kedua cucunya juga pergi karena kecelakaan pesawat. Sekarang ini, Hyunjae tahu bahwa Siwon sebatang kara. Hanya dirinya dan Hyori yang mampu menjaga Siwon dan Hyunjae akan melakukannya. Hyunjae masih terus mengelus rambut Siwon, berusaha menenagkan Siwon yang masih terus menangis. Lalu Hyunjae mengajak Siwon untuk duduk disamping peti mati Seungwoo.

“Siwon. Ini terakhir kalinya kau akan bersedih karena kepergian Seungwoo. Setelah kau luapkan semuanya, kau harus berjanji untuk bisa tegar dan tabah menghadapi semua ini. Jangan pernah lupakan keinginan Seungwoo yang menginginkan kau agar bisa berbahagia dengan caramu sendiri. Jangan lupakan bahwa Seungwoo akan selalu menjagamu dari sana Siwon. Jangan lupakan bahwa kau tidak sendiri. Ada kami, orangtua barumu.”

“Tuan Yoo…”

“Jangan panggil aku tuan lagi. Mulai saat Seungwoo menitipkan kau padaku dan istriku, kami sudah menjadi appa dan ummamu.”

“Tapi tuan Yoo, aku tidak mau menanggalkan nama Choi karena..”

“Siapa bilang kau harus menanggalkan namamu. Kau akan tetap menyandang nama Choi, tapi sekarang kau juga mempunyai orangtua lengkap yang akan selalu disisimu.”

“Tuan Yoo… Aku ti..tidak tahu ba..bagaimana aku ha..harus berterima kasih padamu.. Tuan Yoo… Ah, bukan… Maksudku appa.” Hyunjae yang mendengar Siwon memanggilnya appa merasa bahagia. Hyunja merasa seakan-akan anaknya hidup kembali. Hyunjae mengelus sekali lagi rambut Siwon dan berdiri dari tempat duduknya.

“Terima kasih Siwon. Nah, sekarang aku akan tinggalkan kau dengan Seungwoo. Ingat Siwon, terakhir kali. Kita ingin agar Seungwoo bisa tenang disana.”

“Baik appa.” Dengan ucapan tersebut, Hyunjae beranjak meninggalkan ruangan tersebut setelah menarik Hyori ikut keluar bersamanya. Di luar ruangan mereka berhenti dan berdiri di depan pintu dan memperhatikan Siwon yang mengucapkan salam perpisahaannya kepada Seungwoo untuk terakhir kalinya. Hyori yang melihat hal tersebut menjadi terharu sekaligus sedih. Dia memeluk pinggang Hyunjae dan meletakkan kepalanya di bahu Hyunjae.

“Kita harus bisa menjaga dan membahagiakan Siwon, yeobo. Anak itu sudah tidak memiliki siapa-siapa lagi.” Sahut Hyori lirih yang ditanggapi oleh senyuman dan rangkulan di bahu Hyori oleh Hyunjae.

“Sudah seharusnya. Ingat yeobo, Siwon anak kita sekarang.” Hyori mengangkat wajahnya dan memberikan senyum manisnya memperlihatakan sedikit kerutan karena usianya. Hyori semakin mempereart pelukannya.

“Kau betul yeobo. Siwon anak kita sekarang.” Keduanya terdiam sejenak sampai Hyunjae mengucapkan sesuatu.

“Yeobo.”

“Hm?”

“Kau tidak keberatan bukan jika aku sudah mengurus semua surat-surat mengenai Siwon?! Dan kau juga tidak akan marah jika aku sudah meminta pengacara Hwang untuk merubah surat wasiatku agar kelak jika aku sudah tiada, semua perusahaanku dan aset-aset lainnya akan jatuh padamu dan juga Siwon.” Hyori tampak terkejut dengan keputusan Hyunjae. Bukan karena dia tidak setuju melainkan, baru kali ini Hyori melihat Hyunjae yang langsung mempercayai seseorang seperti sekarang. Hyori memberikan senyumannya kembali dan mengangguk.

“Apa pun keputusan yang kau buat yeobo, aku akan mengikutinya.”

“Terima kasih.” Lalu mereka berdua kembali melihat kearah Siwon yang masih bersama dengan Seungwoo. Mereka berdua serasa diberikan kesempatan kedua oleh Tuhan untuk bisa memiliki seorang anak dan menjaga anak tersebut. Dan kali ini, keduanya akan berusaha semaksimal mungkin membahagiakan buah hati mereka yang baru.

Sementara itu Siwon yang masih berada diruangan tersebut dengan Seungwoo mulai berbicara dengan sangat pelan. Siwon seakan takut jika suaranya akan membangunkan Seungwoo walau pada kenyataannya hal tersebut sudah tidak mungkin lagi terjadi.

“Appa… Maafkan Siwon yang sudah berlaku bodoh. Siwon hanya tidak percaya appa sudah pergi meninggalkan Siwon.. Siwon..” Siwon menarik nafasnya sejenak, mendiamkan dirinya untuk bisa melanjutkan salam perpisahannya untuk Seungwoo kemudian menatap wajah damai Seungwoo. Airmata yang sedari tadi mengalir, sedikit demi sedikit mulai berhenti. Seakan Siwon sudah bisa mengerti dan menerima bahwa Seungwoo memang sudah damai sekarang. Siwon membelai lembut pipi Seungwoo lalu mencium kening Seungwoo.

“Siwon.. Siwon hanya ingin mengucapkan selamat tinggal. Siwon ingin appa tahu bahwa Siwon sayang appa. Tak ada orang di dunia ini yang bisa mengurangi rasa cinta Siwon ke appa. Appa segalanya buat Siwon dan sekarang appa sudah damai. Appa tidak akan kesakitan lagi. Appa tidak akan menderita lagi. Seperti kata appa Yoo, appa sudah berada ditangan yang tepat.” Kali ini bukan lagi kesedihan dan kegetiran yang ada dimata Siwon, melainkan rasa lega karena semua penderitaan Seungwoo berakhir. Selain rasa lega, Siwon juga berterima kasih kepada Seungwoo atas pemberian terakhirnya. Seungwoo masih sempat memikirkan kelangsungan hidup Siwon dengan menitipkan dia kepada pasangan Yoo. Siwon mendapatkan appa dan umma baru yang dengan tulus membantu Siwon menghadapi cobaan ini dan dengan tulus menyayangi Siwon. Siwon bisa merasakan itu.

“Semoga appa tidak keberatan jika Siwon memanggil appa Yoo dengan sebutan appa. Aku yakin tidak, karena appa Yoo memang cocok untuk jadi appa Siwon. Appa sendiri yang memilih beliau bukan?!” Siwon tertawa kecil menanggapi ucapannya sendiri. Siwon kemudian berdiri dari bangkunya walaupun tangannya masih membelai seluruh wajah Seungwoo. Mengukir kenangan akan wajah yang selalu menyiratkan kebijaksanaan dan kebaikan untuk semua orang disekitarnya.

“Siwon hanya ingin appa tahu, bahwa.. bahwa Siwon akan baik-baik saja. Appa sudah menitipkan aku kepada dua orang yang sangat mengagumkan. Mereka pasti menjagaku appa. Siwon juga berjanji pada appa, bahwa Siwon akan mencari kebahagiaan Siwon seperti permintaan appa. Siwon berjanji appa. Sekarang appa istirahat dengan tenang. Jaga Siwon dari sana ya appa. Siwon akan selalu mendoakan appa.” Setelah berkata demikian, Siwon beranjak meninggalkan ruangan tersebut. Sebelum Siwon menutup rapat pintu ruangan tersebut, Siwon membalikkan tubuhnya untuk melihat sekali lagi peti mati yang berisikan tubuh Seungwoo lalu membuka mulutnya untuk mengatakan hal terakhir kalinya.

“Appa. Selamat tinggal.”

End Flashback

Siwon memejamkan matanya sesaat kemudian membuka matanya kembali dan bergerak meninggalkan makam Seungwoo. Semua orang yang masih berada disana sedikit tersentak ketika tanpa mengucapkan apa pun, Siwon sudah berlalu begitu saja. Mereka segera mengikuti langkah Siwon meninggalkan pemakaman tersebut, tapi belum seberapa jauh mereka melangkah, semua orang yang berada disana menghentikan langkah mereka karena Siwon terlihat mematung di depan gerbang pemakaman. Tuan Lee yang memang berada tidak jauh dari Siwon mengikuti arah pandang Siwon dan menemukan keluarga Jung beserta seorang gadis yang dia tidak kenal. Tuan Lee menghampiri mereka semua dan menyapa keluarga Jung, ketika dia bermaksud mengajak semuanya untuk menemui Siwon, niatnya terhenti karena suara Siwon yang terdengar sangat dingin.

“Mau apa anda kemari?” tuan Lee yang belum pernah mendengar Siwon berkata sedingin itu terlihat heran. Dia sekali lagi mengikuti arah pandang Siwon dan menemukan bahwa tatapan Siwon hanya tertuju pada satu orang, yaitu nyonya Jung, Jung Jihyun. Tuan Lee merasa penasaran karena kenapa kelihatannya Siwon tidak menyukai Jihyun. Apakah ketika dia bekerja dengan keluarga Jung, Jihyun sempat berbuat sesuatu yang menyebabkan Siwon bersikap seperti sekarang?

“Siwon, mereka kesini karena ingin mengucapkan bela sungkawa. Aku yang memberitahu mereka.” Ujar tuan Lee merasa harus menetralkan suasana yang cukup tegang ini. Siwon masih belum memutuskan pandangannya dari Jihyun. Justru Siwon semakin memandang tajam kearahnya.

“Saya rasa appa saya tidak perlu ucapan bela sungkawa dari anda nyonya Jung. Saya mohon anda pergi sekarang.” Semua orang yang berada disana terkejut dengan ucapan sinis Siwon tidak terkecuali Jihyun. Melupakan adanya Hwangsoo disana, Jihyun menghampiri Siwon dan mencoba memegang tangannya. Namun dengan cepat, Siwon menampik tangan Jihyun membuat semua orang kembali terkejut dengan kejadian yang terjadi di depan mata mereka.

“Jangan sentuh aku!” tukas Siwon sambil berjalan mundur dua langkah menjauhi Jihyun. Jihyun benar-benar sudah tidak perduli lagi dengan lingkungan sekitar yang terus memandangi dia dan juga Siwon. Yang dipikirkannya hanya satu, bahwa Siwon dapat mengizinkannya untuk melihat makam Seungwoo dan berdoa untuknya. Jihyun berdiri ditempatnya, takut jika dia terlalu memaksa maka Siwon akan semakin menjauh darinya.

“Siwon, umma mohon.. Berikan kesempatan pada umma untuk meminta maaf pada appamu nak. Hiks..hikss,, um..umma.. umma.. “ tangis Jihyun tumpah saat Siwon terus menatapnya penuh kebencian. Jihyun tidak menyadari raut wajah semua orang yang hadir disana mendengar Jihyun menyebutkan bahwa dia ibu dari Siwon. Jihyun tidak menyadari raut wajah tidak percaya dan kecewa dari Hwangsoo dan juga Yunho.

“Siwon..hikss..hikss.. um..umma.. moh..mohon.. nak. Umma mohon…”

“Anda bukan ummaku. Saya mohon anda pergi sekarang. Biarkan appa saya beristirahat dengan tenang.”

“Tapi Siwon…”

“PERGI!!” Siwon benar-benar tidak bisa lagi menahan emosinya. Melihat Jihyun, penyebab terbesar penderitaan Seungwoo membuat darah Siwon bergejolak dengan amarah. Semua ucapan Seungwoo tentang Siwon yang tidak boleh membenci apalagi mendendam pada ibunya sendiri, seakan dilupakan begitu saja oleh Siwon. Tenggelam dalam perasaan sedih dan kehilangan membuat Siwon juga tidak mampu menahan tangisnya. Tangis yang dia pendam sejak awal dimakamkannya Seungwoo. Tangis yang dia janjikan pada Seungwoo untuk tidak pernah lagi diteteskan demi meraih kebahagiaan untuk dirinya sendiri.

Jihyun memejamkan matanya, berusaha menahan sakit dihatinya karena teriakan Siwon tadi. Jihyun merasa semakin bersalah ketika dia mendengar dari tuan Lee bahwa Seungwoo meninggal dunia. Jihyun sempat tidak sanggup menahan rasa sedihnya dan menangis seorang diri dikamar tidurnya ketika mendengar berita itu pertama kali. Dan sekarang putra sulungnya membencinya. Sangat membencinya. Jihyun mengeleng-gelengkan kepalanya seakan tidak mau menerima kenyataan bahwa semua yang dia alami sekarang adalah karena tindakannya sendiri.

Yunho yang awalnya merasa kecewa dengan apa yang dia dengar dari Jihyun bahwa dia adalah ibu dari Siwon mendadak berubah menjadi kesal kepada Siwon setelah melihat Jihyun dibentak oleh Siwon. Yunho berpikir tidak seharusnya Siwon memperlakukan ibunya seperti itu, meskipun dalam hati Yunho juga mempertanyakan apa yang telah ibunya itu perbuat sehingga Siwon bisa semarah ini. Mengikuti instingnya sebagai seorang anak yang ingin membela ibunya, Yunho segera mendekati Siwon dan secara mendadak meninju wajah Siwon hingga Siwon terjatuh.

“Yunho!!” teriak Jihyun dan juga Hwangsoo bersamaan. Mereka berdua menghampiri Yunho dan memegangi masing-masing lengan Yunho yang terdiam menyaksikan Siwon mencoba bangun sambil memegangi rahangnya. Yunho merasa sedikit bersalah ketika dia melihat ada sedikit darah keluar dari sudut bibir Siwon, namun dia segera menghiraukan rasa tersebut karena Yunho merasa benar. Yunho melakukan itu karena dia ingin membela Jihyun.

“Yunho! Ada apa denganmu?! Kenapa kau memukul Siwon?!” tanya Hwangsoo dengan nada tinggi.

“Karena dia membentak umma.” Balas Yunho tidak kalah sengit. Dia tidak mau disalahkan oleh Hwangsoo karena sudah membela Jihyun. Rasa bersalah yang sempat hadir tadi mendadak hilang menjadi kemarahan sekali lagi.

“Tapi bukan begini caranya.”

“Lalu bagaimana appa?! Kenapa appa tidak melakukan apa-apa ketika umma dibentak oleh supir tidak tahu diri, pecandu narkoba ini?!” Beberapa orang terperanjat mendengar makian Yunho terhadap Siwon. Mereka semua terdiam karena masih tidak percaya bahwa Yunho yang terkenal tidak pernah membedakan orang lain tiba-tiba memaki Siwon seperti itu. Siwon sendiri yang mendengar Yunho berkata demikian tentangnya hanya dapat diam dan menghela nafasnya berat. Siwon sudah berdiri dan memeriksa dirinya akan luka yang disebabkan oleh pukulan Yunho. Siwon tidak membalas makian Yunho mau pun pukulannya. Dia memilih menjauhi keluarga itu dan mendekati Hyunjae dan Hyori.

“Siwon, kau tidak apa-apa?” Siwon menghentikan langkahnya ketika gadis yang datang bersama dengan keluarga Jung tadi bertanya dengan wajah cemas. Siwon menolehkan wajahnya dan menatap gadis yang ternyata Kyuhyun itu dengan datar. Kyuhyun mengeluarkan saputangannya dan langsung menyeka darah yang ada disudut bibir Siwon. Yunho sendiri juga ikut menoleh, mengikuti suara tersebut dan menemukan Kyuhyun yang berusaha membersihkan darah disudut bibir Siwon dengan saputangannya. Kyuhyun terlihat telaten sekali membersihkan darah tersebut.

“Sakit?” tanya Kyuhyun lagi dengan wajah cemas. Kyuhyun tidak menyadari tatapan Yunho yang tajam kearahnya. Siwon yang juga masih meringis karena sakit yang dia rasakan akibat pukulan Yunho juga tidak memperhatikan Yunho. Dia sendiri berusaha menghilangkan darah dengan jari-jarinya, tetapi selalu ditepis oleh Kyuhyun. Akhirnya Siwon membiarkan Kyuhyun membersihkan lukanya sambil sesekali mencoba tersenyum walaupun kembali meringis karena sakit di bibirnya.

“Jangan tersenyum dulu. Bibirmu masih luka.” Perintah Kyuhyun. Siwon hanya menatapnya lembut dan dibalas oleh tatapan lembut juga dan sebuah senyuman manis dari Kyuhyun. Namun momen mereka terganggu karena ada seseorang yang ternyata mengenali Kyuhyun, memanggilnya.

“Kyunnie?” tanya dokter Cho ketika melihat anak perempuannya berada disini. Kyuhyun menolehkan kepalanya sehingga dia dapat melihat dokter Cho dan seketika itu juga matanya membulat tidak percaya karena melihat ayahnya ada di pemakaman ini juga.

“Lho? Appa? Sedang apa disini?” tanya Kyuhyun balik, membuat dokter Cho menghela nafas pelan.

“Appa yang seharusnya bertanya. Kau kenal dengan Siwon dimana?”

“Oh, aku…”

“Kenapa kau menyuruh istriku pergi Siwon? Dan kenapa dia menyebut dirinya sendiri sebagai ummamu?” belum sempat Kyuhyun menyelesaikan kalimatnya, seseorang dengan tenangnya menyelak perkataannya dengan pertanyaan yang ditujukan kepada Siwon. Orang tersebut adalah Hwangsoo. Hwangsoo menatap Siwon datar walau terlihat jelas dimatanya jika dia ingin penjelasan yang jujur atas ucapan Jihyun dan sikap Siwon yang kasar tadi terhadap Jihyun. Hwangsoo yakin pasti Siwon mempunyai alasan yang kuat mengapa sampai dia bersikap seperti itu pada Jihyun. Siwon tidak langsung menjawab. Dia justru beralih kepada Kyuhyun dan dokter Cho.

Siwon menarik tangan Kyuhyun yang tadinya masih sibuk membersihkan darah di wajahnya. Awalnya Kyuhyun ingin memarahi Siwon karena menghentikan pekerjaannya menghapus darah tersebut, namun Kyuhyun mengurungkan niatnya karena Kyuhyun terlalu sibuk menenangkan jantungnya yang berdebar-debar dan menundukkan wajahnya yang dia yakin sudah memerah seperti kepeting rebus. Bagaimana tidak, Siwon memang manarik tangannya menjauhi wajah Siwon. Tetapi Siwon tidak melepaskan genggaman tangannya di tangan Kyuhyun. Dan tampaknya tidak ada yang menyadari tindakan Siwon tersebut kecuali Yunho yang sudah mengepalkan tangannya. Hari ini Yunho merasa sangat marah kepada Siwon, entah karena dia cemburu atau karena perlakuan Siwon terhadap ummanya.

“Terima kasih nona muda.” Sahut Siwon sambil memberikan senyum manisnya kepada Kyuhyun. Kyuhyun yang tadinya begitu malu karena tangannya digenggam oleh Siwon menjadi kesal karena sebutan Siwon padanya. Kyuhyun melepaskan tangannya paksa dan menudingkan jari telunjuknya pada Siwon.

“Sudah aku bilang aku bukan nona muda.” Siwon hanya terkekeh melihat tingkah Kyuhyun yang dimatanya sangat lucu. Dia mendekatkan bibirnya pada telinga Kyuhyun dan membisikan sesuatu.

“Sama saja bagiku. Apalagi sekarang aku tahu kau anak perempuan dokter Cho yang sudah berbaik hati terhadap aku dan appaku. Aku akan terus memanggilmu begitu. Sekali lagi, terima kasih ya nona muda.”

“Argh! Kau ini..!” Kyuhyun mundur dua langkah sambil memegangi telinganya. Wajahnya kembali memerah, suara berat Siwon membuat jantungnya berdebar tambah cepat dan ketika Kyuhyun melihat raut wajah Siwon yang masih tersenyum penuh kemenangan, membuat Kyuhyun semakin kesal. Dia langsung saja memukul lengan Siwon dengan sekuat tenaga.

“Aduh!”

“Rasakan.”

“Kyuhyun. Jaga sikapmu!” Suara dokter Cho yang tenang namun tersirat peringatan didalamnya membuat Kyuhyun memutar tubuhnya pelan-pelan. Sedikit takut melihat wajah ayahnya yang sudah pasti tidak senang dengan tingkah laku Kyuhyun. Kyuhyun mencoba membela dirinya tapi sekali lagi, sebelum dia bisa menyuarakan apa pun, ada yang lebih dulu berbicara mendahuluinya.

“Siwon, tolong jelaskan. Setelah itu, kami akan pergi sesuai keinginanmu.” Hwangsoo terus menuntut jawaban dari Siwon. Siwon hanya bisa menatap mantan majikannya ini dengan tatapan tidak enak hati. Dia bingung bagaimana harus menjelaskan perihal hubungannya dengan Jihyun pada orang sebaik Hwangsoo tanpa menambah masalah lebih jauh. Siwon kesekian kalian menghela nafas dengan berat.

“Hh.. Maafkan saya tuan Jung. Saya sangat menghormati anda, namun saya tidak bisa menjelaskan kepada anda karena saya rasa tidak ada yang perlu dijelaskan. Saya hanya ingin kembali pada hidup saya setelah kepergian appa.”

“Tapi kenapa kau bersikap seperti itu pad…”

“Mohon maafkan kelancangan putra saya tuan..” Hyunjae yang melihat kegelisahan Siwon yang sepertinya tidak mau bercerita apa-apa pada Hwangsoo memutuskan untuk membantunya. Hyunjae juga berpikir, sekarang bukan saat yang tepat untuk membicarakan hal-hal pribadi yang pastinya akan menimbulkan perdebatan. Hyunjae juga merasa bahwa Siwon membutuhkan waktu untuk menenangkan dirinya sendiri, karena saat ini Siwon masih dalam masa berduka. Mereka semua sedang dalam masa berduka. Hyunjae yang memang belum mengenal siapa orang-orang yang datang ke pemakaman Seungwoo dan menyebabkan emosi Siwon menaik itu, masih menunggu respon dari pria didepan Siwon tersebut atas perkataannya tadi. Hwangsoo memutar kepalanya sedikit kearah Hyunjae. Dia sempat mendengar Hyunjae menyebut Siwon sebagai putranya. Berbagai pertanyaan kembali berkecamuk dibenaknya. Namun, hal itu dapat menunggu sampai dia mendapat jawaban atas hubungan antara Jihyun dan Siwon. Hwangsoo membungkuk hormat kepada Hyunjae yang dibalas dengan sikap sama oleh yang bersangkutan.

“Maafkan saya belum memperkenalkan diri. Saya Hwangsoo. Jung Hwangsoo.”

“Tuan Jung. Sekali lagi maafkan Siwon atas sikapnya pada keluarga anda. Emosinya masih labil karena dia masih berduka atas ayah kandungnya yang baru saja meninggal dunia. Saya harap anda mau memakluminya.” Hwangsoo hanya mengganguk pelan. Dalam hatinya, Hwangsoo merutuki dirinya yang tidak peka bahwa Siwon memang masih dalam suasana berduka. Tentu saja masalah sensitif yang menyangkut Seungwoo akan menimbulkan reaksi dari Siwon. Hwangsoo bertambah tidak enak dengan Siwon karena Yunho memukulnya disaat keluarganya bermaksud berbela sungkawa terhadap Siwon. Sedangkan Hyunjae tersenyum bijak ketika melihat Hwangsoo yang sepertinya orang yang pengertian menurut Hyunjae, terlihat menyesal. Hyunjae menepuk bahu Hwangsoo pelan sambil melanjutkan ucapannya.

“Saya rasa, masalah ini jangan dibicarakan di tempat ini. Kami baru saja menguburkan orang yang paling kami sayangi, jadi kami mohon anda dapat membahas hal ini diwaktu dan tempat yang berbeda.” Hwangsoo kembali mengangguk, mengerti dengn benar bahwa sekarang memang bukan waktu dan tempat yang tepat.

“Baiklah. Maafkan saya tuan..”

“Oh betapa bodohnya saya. Saya juga lupa memperkenalkan diri. Nama saya Yoo Hyunjae. Saya wali dari Siwon. Saya appa Siwon setelah kepergian Seungwoo. Almarhum menitipkannya kepada saya dan istri saya.” Jelas Hyunjae sambil memperkenalkan dirinya.

“Baik, tuan Yoo. Saya akan menghubungi anda untuk membicarakan hal ini. Bolehkan saya meminta nom..”

“Tapi Siwon itu anak kandungku dengan Seungwoo, Hwangsoo. Seharusnya dia bersamaku.” Putus Jihyun ketika dia melihat suaminya akan membiarkan Siwon untuk pergi dengan Hyunjae. Entah apa yang ada dalam benak Jihyun sekarang, namun dia merasa tidak mau melepaskan Siwon. Apalagi setelah kepergian Seungwoo. Entah insting keibuannya yang terbangunkan ketika tahu Siwon sendiri atau karena rasa bersalahnya karena pernah meninggalkan Siwon, Jihyun menginginkan agar Siwon bisa bersamanya.

“Apa katamu?!” Hwangsoo sangat terkejut mendengar istrinya mengatakan bahwa Siwon adalah anak kandung Jihyun. Pertanyaannya atas apa hubungan antara Jihyun dan Siwon terjawab sudah. Namun timbul pertanyaan baru, yaitu apa yang diperbuat oleh Jihyun sampai Siwon terlihat begitu membencinya. Hwangsoo menduga ini ada kaitannya dengan keluarga Jihyun yang memang sangat memegang prinsip bahwa status social itu adalah hal terpenting.

“Umma..” Yunho yang mendengar hal tersebut juga terkejut bukan kepalang. Dia menatap kearah Siwon dengan pandangan kaget, galau, dan segala perasaan yang tidak bisa dia jabarkan karena dia masih belum percaya dengan apa yang sedang terjadi. Siwon hanya berdiri terdiam sambil sesekali melihat kearah Jihyun, Hwangsoo, lalu berhenti pada Yunho.

“Siwon putraku dengan suami pertamaku. Suami yang baru saja dikuburkan dipemakaman ini.”

“Apa?! Siwon!” semua mata kembali tertuju pada Siwon ketika Hwangsoo meminta konfirmasi atas ucapan Jihyun. Namun Siwon masih terdiam, seakan tidak perduli dengan keadaan yang semakin rumit ini.

“Siwon! Katakan, apa benar Jihyun ibu kandungmu?!” tanya Hwangsoo lagi.

“Sudah aku bilang, aku tidak memiliki um…”

“Siwon!” teguran Hyori membuat Siwon menghentikan ucapannya. Hyori menggelengkan kepalanya. Wanita itu beranjak mendekati Siwon dan membelai lembut rambut Siwon. Siwon mulai merasa lebih tenang karena perlakuan lembut Hyori padanya. Sedangkan Jihyun yang melihat Siwon lebih memilih sentuhan wanita lain daripada sentuhannya merasakan hatinya seperti teriris oleh pisau tumpul dan berkarat. Sakit dan perih.

“Siwon.. Umma mohon nak. Jangan kau anggap umma sudah mati. Kau boleh membenci umma. Kau boleh mendendam pada umma. Tapi umma mohon jangan anggap umma sudah mati. Umma mohon.” Hyori yang juga seorang ibu menyaksikan betapa Jihyun terluka dengan perlakuan dari Siwon. Namun dia juga tidak bisa berbuat banyak sebelum Siwon mau menceritakan semua masalahnya. Merasa kasihan dengan Jihyun, Hyori menatap kepada Hyunjae dan mengisyaratkan dia agar dapat melakukan sesuatu. Hyunjae tahu maksud tatapan istrinya, langsung mengambil alih situasi tegang tersebut.

“Walaupun tadi saya berkata kita harus memilih waktu dan tempat lain untuk membahas masalah ini tapi sepertinya masalah ini memang harus segera diselesaikan. Bagaimana jika anda semua ke rumah saya? Rumah saya tidak jauh dari pemakaman ini.” Tawar Hyunjae meskipun dia tidak yakin dengan keputusannya ini, namun melihat perkembangan yang terjadi, mungkin sebaiknya Siwon dan ibunya ini bisa segera bicara. Yang menjadi kekhawatiran Hyunjae adalah Siwon yang masih terlihat tidak mau terlibat apa pun dengan Jihyun. Hyunjae melihat kearah Hyori menanyakan apakah keputusannya sudah benar dan melihat anggukan dari Hyori, Hyunjae hanya bisa pasrah dan melihat bagaimana reaksi Siwon. Siwon sendiri yang mendengar Hyunjae mengundang Jihyun dan semua orang disini kerumahnya, memberika tatapan tidak setuju pada kedua orangtua barunya.

“Tidak appa Yoo, aku tidak mau bicara dengan wanita itu.” Tolak Siwon dengan tegas.

“Tapi Siwon..” Hyori mencoba membujuk, tetapi Siwon tetap pada pendiriannya.

“Tidak umma Yoo! Aku mohon.. Kita pulang saja! Aku sudah tidak sanggup berada satu tempat dengan wanita itu.”

“Siwon..” Hyori masih mencoba membujuknya, namun satu tangan dibahunya membuatnya berpaling dari Siwon dan menemukan Hyunjae sudah ada disampingnya sambil menggelengkan kepalanya, member tanda pada Hyori untuk tidak memaksa Siwon. Hyori mengangguk pelan kemudian membelai rambut Siwon kembali. Siwon membalasnya dengan merangkul bahu Hyori.

“Ya sudah. Kita pulang. Tuan Lee, Kangin-ssi, and anda dokter Cho, kami pergi dulu. Jika anda berkenan, mampir dulu ke rumah kami.” Kangin yang sedari tadi hanya menjadi penonton, mulai angkat bicara.

“Jika boleh saya masih ingin bersama dengan Siwon, Yoo ahjussi. Dan tolong jangan panggil saya dengan Kangin-ssi. Saya jadi terkesan tua.”

“Memang kau sudah tua hyung.” goda Siwon sambil mengangkat salah satu alisnya.

“Yah! Dongsaeng kurang ajar.” Seru Kangin pura-pura marah. Dalam hatinya dia sedikit lega bahwa Siwon masih bisa bercanda dengannya. Kangin seperti tidak mengenal Siwon yang terus saja marah dan memperlakukan seseorang dengan kasar seperti tadi. Biarpun ucapan Siwon terkadang suka sinis tapi Siwon tidak pernah berlaku kasar kepada orang lain, terlebih lagi kepada wanita. Hyunjae yang melihat keakraban Kangin dan Siwon juga merasa sedikit lega. Paling tidak Siwon memang bersikap tidak semestinya hanya kepada ibu kandungnya, Jihyun.

“Sudah.. sudah.. Kangin boleh aku minta tolong? Kau pergilah dulu dengan Siwon dan istriku ke mobil. Aku ada urusan sedikit.” Kangin mengangguk, sedangkan Siwon penasaran dengan urusan Hyunjae.

“Appa Yoo mau kemana?” tanyanya singkat. Hyunjae hanya mengibaskan tangannya kearah Siwon, memintanya agar segera ke mobil.

“Sudah, kau pergi saja dulu sana. Jangan membantah.” Siwon sedikit mengerucutkan kedua alisnya, menatap curiga kepada Hyunjae, namun sekali lagi Hyunjae mengibaskan tangannya, mensignalkan Siwon untuk lekas pergi dari tempat itu. Siwon pun menurut lalu mengikuti Kangin beserta Hyori. Setelah Hyunjae memastikan Siwon telah pergi cukup jauh, Hyunjae kembali menatap Hwangsoo dan Jihyun.

“Tuan Jung, nyonya Jung, saya mohon maaf atas sikap Siwon. Seperti yang sudah saya katakan tadi, emosinya masih labil jadi dia bersikap demikian.” Sahut Hyunjae sambil membungkuk meminta maaf atas sikap Siwon kepada keluarga Jung tersebut.

“Tidak apa-apa tuan Yoo. Kami mengerti.” Hyunjae mengangguk paham. Lalu dia memalingkan wajahnya kearah Jihyun masih dengan senyumnya itu.

“Nyonya Jung, saya mohon, anda bisa memberikan Siwon waktu. Saya pikir sebaiknya anda jangan menemui dia dulu untuk sementara waktu ini. Saya tidak tahu masalah apa antara anda dengan Siwon di masa lalu yang menyebabkan dia bersikap seperti pada anda, namun saya yakin Siwon akan bisa memaafkan nyonya jika saatnya tiba. Saya akan coba bicara dengan anak itu agar kita semua bisa berbicara dengan kepala dingin. Harap nyonya bisa bersabar.”

“Tapi tuan Yoo, saya ummanya. Saya berhak atas anak itu..”

“Jihyun.”

“Tapi itu benar Hwangsoo. Siwon sudah tidak punya siapa-siapa lagi. Dia hanya punya aku.”

“Tidak nyonya. Siwon masih memiliki saya dan istri saya. Seperti yang saya sudah saya bilang tadi, Seungwoo sudah menitipkan dia kepada kami. Siw..”

“Tapi dia anak kandung saya tuan Yoo. Anda tidak berhak untuk mengambil dia dari saya. Dia..”

“Nyonya. Tolong jangan anda persulit posisi anda sekarang ini. Anda melihat sendiri bagaimana reaksi Siwon terhadap anda.”

“Tapi tuan Yoo..”

“Jihyun! Tuan Yoo sudah bersedia membantumu dengan dia akan mengusahakan untuk berbicara dengan Siwon. Bersabarlah sedikit.” Yunho dan Jihyun sedikit terperanjat dengan suara keras Hwangsoo. Mereka tidak percaya jika Hwangsoo bisa membentak Jihyun seperti tadi. Jihyun menjadi terdiam dan menundukkan kepalanya, mencoba menahan tangis karena dia tidak bisa berbicara pada Siwon dan membawa Siwon dengannya.

Jihyun seakan lupa bahwa dia masih harus menjelaskan semuanya kepada Hwangsoo dan harus meminta izin jika dia ingin membawa serta Siwon untuk tinggal bersamanya. Sementara itu, Yunho yang melihat betapa kecil ibunya sekarang ini, menjadi prihatin dan terenyuh. Yunho tidak tega melihat Jihyun hancur seperti sekarang. Yunho berpikir, apa pun perbuatan Jihyun di masa lalu, seharusnya Siwon sebagai anak bisa memafkannya. Apalagi Jihyun sudah meminta maaf seperti kejadian tadi. Walau disudut hatinya masih sedikit bersalah karena sudah sempat memaki dan memukul Siwon. Siwon yang ternyata adalah kakak kandungnya sendiri.

“Saya mohon nyonya. Lagipula sepertinya anda perlu bicara dulu dengan keluarga anda sendiri.” Hwangsoo dan Yunho menoleh kearah Hyunjae, ketika yang bersangkutan kembali mengatakan sesuatu. Sedangkan Jihyun masih saja terus menunduk. Tidak adanya reaksi dari Jihyun membuat Hwangsoo menghela nafas.

“Iya, anda benar tuan Yoo. Kami memang harus berbicara dulu. Terima kasih.” Balas Hwangsoo.

“Kalau begitu saya pamit. Dan jika nyonya masih ingin melihat makam Seungwoo, silahkan terus saja dari sini. Nanti anda akan bisa menemukannya.” Jihyun hanya bisa mengangguk tanpa mau melihat kearah Hyunjae. Hyunjae kemudian berpaling kepada tuan Lee dan dokter Cho beserta Kyuhyun.

“Tuan Lee, dokter Cho, nona muda, tawaran saya masih berlaku. Silahkan mampir dulu kerumah saya.” Kyuhyun sedikit merengut ketika Hyunjae memanggilnya dengan sebutan nona muda, namun dia diam saja karena masih takut dengan ayahnya.

“Saya masih ada pekerjaan tuan Yoo. Mungkin lain waktu.” Tolak tuan Lee halus. Hyunjae mengangguk pelan lalu beralih pada dokter Cho. Dokter Cho hanya tersenyum dan menggeleng pelan, juga menolak ajakan Hyunjae.

“Saya juga masih banyak pekerjaan dirumah sakit. Pasien saya menunggu.” Hyunjae membalas senyuman dokter Cho lalu membungkuk kepada dua orang yang selalu membantu Siwon tersebut.

“Baiklah. Kalau begitu sekali lagi, saya permisi.” Kyuhyun yang melihat Hyunjae akan segera pergi, Kyuhyun memberanikan diri meminta izin kepada appanya untuk bisa ikut serta dengan Hyunjae. Kyuhyun masih khawatir dengan Siwon. Kyuhyun benar-benar melupakan keberadaan Yunho disana.

“Umm.. appa, boleh aku ikut dengan ahjussi ini. Aku masih ingin melihat keadaan Siwon.” Yunho yang mendengar permintaan Kyuhyun kepada ayahnya, langsung merasa kesal. Kesal karena dia merasa tidak dianggap oleh Kyuhyun. Kyuhyun datang kemari bersama dengannya seharusnya Kyuhyun juga pulang dengannya.

“Kyuhyun! Kau itu datang bersamaku!” tegur Yunho. Kyuhyun hanya memincingkan matanya menatap Yunho. Dengan gayanya yang tidak mau kalah itu, Kyuhyun mebmbalas teguran Yunho.

“Lalu kenapa?! Tidak apa bukan kalau aku pergi ke tempat Siwon. Lagipula kau mengajakku untuk berbela sungkawa kepada Siwon karena ayahnya meninggal?! Aku belum sempat mengucapkannya dan wajahnya pasti masih sakit gara-gara pukulanmu itu. Sebagai kekasihmu, aku bertanggung jawab untuk merawatnya.”

“Logika dariman…”

“Sudahlah. Berdebat denganmu tidak ada habisnya. Yoo ahjussi bukan?! Ayo kita berangkat. Tidak baik membuat istrimu menunggu dengan dua pemuda di mobil sendirian. Bisa bahaya.” Sahut Kyuhyun tidak memperdulikan Yunho yang sudah sangat jengkel dengan tingkah laku Kyuhyun yang suka seenaknya sendiri itu. Kyuhyun justru bergelayut manja kepada Hyunjae, mencoba membuat Hyunjae mengizinkan dia ikut bersamanya. Dokter cho hanya bisa menghela nafas melihat tingkah putrinya itu yang terkadang membuatnya pusing kepala.

“Kyuhyun! Sopan sedikit.”

“Hahaha… tidak apa dokter Cho. Mari nona muda.” Ajak Hyunjae kepada Kyuhyun. Hyunjae geli melihat tingkah Kyuhyun yang menurutnya lucu itu. Namun, Kyuhyun lagi-lagi merengut karena panggilan Hyunjae padanya.

“Huh! Ahjussi sama saja dengan kuda kurang ajar itu!”

“Kuda?” tanya Hyunjae bingung dengan julukan yang disebutkan Kyuhyun tadi. Hyunjae mencoba mereka-reka kepada siapa julukan itu Kyuhyun arahkan. Sedangkan dokter Cho semakin pusing setelah mendengar putrinya tersebut dengan seenaknya mengejek orang lain yang entah siapa.

“Kyuhyun!!” tegur dokter Cho keras. Namun yang ditegur hanya menjulurkan lidahnya dan berlari kearah perginya Kangin, Siwon dan Hyori diikuti dengan santai oleh Hyunjae yang tertawa terbahak-bahak karena ulah Kyuhyun.

Kediaman Keluarga Jung

Begitu semua anggota keluarga Jung tiba di ruang tamu, Hwangsoo tidak membuang waktu lagi untuk mendengar langsung penjelasan dari Jihyun. Masih dengan keadaan berdiri, Hwangsoo langsung menatap Jihyun intens dan meminta agar Jihyun tidak menutupi apa-apa lagi darinya.

“Sekarang aku minta kau menjelaskan padaku juga kepada Yunho mengenai soal tadi. Siwon putramu Jihyun? Kenapa kau tidak pernah berkata apa pun mengenai hal ini?”

“Kumohon tenanglah Hwangsoo.” Sahut Jihyun berusaha menenangkan suaminya yang sekarang penuh dengan amarah.

“Aku ini memang tenang Jihyun!” Yunho melihat gelagat bahwa orangtuanya akan bertengkar hebat, menyela pembicaraan mereka berdua. Yunho mencoba menetralkan situasi agar keduanya tidak dipengaruhi oleh emosi sesaat. Yunho menurunkan tubuhnya, mensejajarkan diri dengan Jihyun yang terduduk disofa dengan kepala menunduk. Yunho mengangkat dagu Jihyun dan menatap langsung ke mata ibunya ini.

“Umma, tolong jawab dengan jujur. Apa benar yang umma katakan tadi di pemakaman bahwa Siwon hyung anak kandung umma?” Jihyun meneteskan airmata mendengar pertanyaan Yunho. Jihyun sadar bahwa dia sudah tidak bisa menutupi apa pun lagi karena dia sudah tidak sanggup untuk berbohong kepada Hwangsoo dan juga Yunho. Kejadian di pemakaman tadi benar-benar menjadi tolak ukur untuk Jihyun agar bisa berterus terang.

“Benar Yunnie. Siwon memang anak umma. Dia kakakmu.” Jawab Jihyun masih dengan linangan airmata. Yunho menatap ummanya sedih namun ada kilatan amaran dimata Yunho. Yunho sekarang yakin bahwa Siwon adalah kakak kandungnya yang disebut-sebut oleh ibunya sendiri telah meninggal dunia. Yunho benar-benar merasa terpukul dengan berita ini. Saat dipemakaman tadi, Yunho masih belum mau percaya, bukan, namun tidak mau percaya. Egonya tidak membiarkan dia untuk percaya bahwa Siwon adalah kakak kandungnya karena Yunho tidak mau merasakan perasaan bersalah setelah apa yang sudah dia perbuat dan katakan pada kakak yang selalu dia inginkan itu. Pada kakak yang walaupun dengan peran yang berbeda masih terus menjaganya.

Yunho tersadar akan sesuatu bahwa selama Siwon bekerja dengannya sebagai supir pribadi, Siwon telah mengetahui siapa dia sebenarnya. Dan Yunho dengan entengnya mengatakan pada Siwon bahwa kakaknya telah meninggal padahal dia berdiri dihadapan Yunho saat itu.

Yunho berdiri dan mendudukan dirinya disamping Jihyun dan menutup wajahnya dengan kedua tangannya. Semua peristiwa yang dia alami dengan Siwon membuatnya menjadi semakin yakin bahwa semua perhatian yang diberikan Siwon adalah karena Siwon mengetahui bahwa Yunho adalah adik kandungnya. Betapa Yunho semakin merasa bersalah ketika dia mnegingat lagi kejadian saat dia memukul dan memaki Siwon. Yunho berpikir, adik macam apa dia sampai tidak bisa merasakan getaran persaudaraan diantara mereka, padahal Yunho juga sempat menyadari bahwa Siwon berbeda ketika rasa kagumnya terhadap Siwon melebihi rasa kagumnya terhadap orang lain. Yunho menarik nafas lalu menolehkan wajahnya ke samping agar dapat melihat Jihyun kembali.

“Umma, jelaskan satu hal padaku. Kenapa umma bisa setega itu?! Kenapa umma tega mengatakan padaku bahwa Siwon hyung sudah meninggal?! Kenapa umma bisa meninggalkan appa Siwon hyung.. Appaku… Kenapa umma?!”

“Karena umma malu mempunyai suami gagal!” teriakan Jihyun melebarkan mata Yunho. Dia semakin tidak mengenal wanita yang ada disampingnya ini. Yunho berpikir benarkah ini wanita yang sama yang telah membesarkan dengan kasih sayang? Benarkah ini wanita yang sama yang walaupun sering berdebat dengan Yunho soal status sosial seseorang namun masih tetap menomor satukan keinginan Yunho adalah umma yang sangat dia cintai? Benarkah wanita yang selama ini di mata Yunho adalah umma terbaik mampu meninggalkan anak dan suaminya hanya karena kegagalan dari sang suami?

“Umma/Jihyun..” Yunho dan Hwangsoo berbicara serempak. Mereka sepertinya memiliki pemikira yang sama bahwa masa lalu Jihyun tidak seindah apa yang ditampilkan oleh Jihyun sekarang. Jihyun menatap bergantian antara Yunho dan Hwangsoo lalu kembali menundukkan kepalanya. Jihyun tidak sanggup untuk menceritakan semua kesalahannya di masa lalu dan menerima tatapan menuduh dari kedua orang yang sangat dia cintai ini. Walaupun demikian, Jihyun tetap harus berterus terang. Jihyun bertekad bahwa dia harus bisa menyelesaikan permasalahan ini. Jihyun tidak mau mengulangi semua kesalahannya kepada Siwon. Jihyun merasa dia harus bisa mendapatkan Siwon kembali. Dan mengkin jiak dia bisa mendapat dukungan dari Yunho dan Hwangsoo, keinginannya bisa terwujud. Namun sekarang, Jihyun harus bisa membuat Yunho dan HWangsoo mengerti kondisinya.

“Awalnya itu yang umma rasakan ketika umma meninggalkan appamu dan Siwon tiga belas tahun lalu. Namun setelah beberapa tahun berlalu, umma sadar umma salah. Rasa malu umma berubah menjadi rasa malu jika orang lain mengetahui bahwa umma sudah berbuat jahat dengan meninggalkan suami dan anak sendiri hanya karena umma tidak sanggup hidup miskin.”

Kemudian Jihyun menceritakan kisahnya saat dia terpaksa memilih untuk meninggalkan Seungwoo dan Siwon. Jihyun menceritakan semuanya tanpa ada satu pun yang tertinggal. Hwangsoo dan Yunho mendengarkan dengan seksama walaupun mereka semakin kecewa dengan sikap Jihyun. Hwangsoo akhirnya terduduk lemas mendengar masa lalu yang sebenarnya dari istrinya tersebut. Hwangsoo memikirkan bagaimana rasanya menjadi seperti Seungwoo. Disaat dia membutuhkan semua dukungan yang dia perlukan, terlebih dukungan dari orang tercintanya, mereka justru meninggalkannya. Berjuang sendiri sambil merawat Siwon yang masih kecil. Tumbuh rasa kagum dan hormat terhadap Seungwoo walau Hwangsoo belum pernah bertemu muka dengan pria kebanggaan Siwon tersebut.

Sementara itu Jihyun yang telah menceritakan masa lalunya, menunggu reaksi dari Hwangsoo dan juga Yunho. Jihyun tidak tahu apa dia mampu menerima reaksi negatif dari keduannya tapi dia akan mencoba untuk bisa bertahan apa pun yang mereka akan katakan. Ketika tidak ada reaksi apa pun dari mereka bedua, Jihyu melanjutkan lagi perkataanya. Masih ada satu hal yang harus dia ucapkan sebelum Jihyun benar-benar selesai.

“Saat umma bertemu dengan Siwon ketika dia bekerja disini, umma takut sekali Siwon datang kesini untuk membeberkan semua rahasia umma. Namun anak itu justru menggangap umma sudah mati, membuat hati umma sakit karena anak kandung umma sendiri membenci umma.”

“Lalu apa yang kau harapkan Jihyun? Bahwa Siwon akan memelukmu dan memintamu untuk kembali padanya? Kau sendiri malu jika kau ketahuan memiliki seorang anak lagi selain Yunho.” sindir Hwangsoo setelah dia mendengar ucapan Jihyun tadi. Hwangsoo sekarang benar-benar marah terhadap Jihyun. Dia tidak menyangka bahwa Jihyun bisa begitu rendah sampai melakukan itu semua dan sampai tega mencurigai anak kandungnya sendiri seperti itu. Hwangsoo tahu benar bagaimana sikap Siwon saat dia masih bekerja dirumah ini. Tidak satu kali pun Hwangsoo menduga ada yang aneh antara Siwon dan Jihyun. Tidak satu kali pun Siwon bersikap tidak selayaknya terhadap Jihyun.

“Hwangsoo, bukan begitu. Aku..” Hwangsoo tidak mau mendengar lagi perkataan Jihyun langsung memotongnya. Dia menanap nanar kepada Jihyun.

“Kau kenapa Jihyun?! Apa pembelaanmu? Kenapa kau bisa melakukan itu pada anakmu sendiri? Kenapa kau tidak mau jujur ketika kita memutuskan untuk bersama? Kau tahu benar aku akan menerima kau apa adanya Jihyun. Jika saja kau mau jujur tentang Siwon, aku sudah mencarinya dan menerimanya sebagai anggota keluarga kita.”

“Kenapa kau tidak mau mengerti situasiku Hwangsoo? Saat itu aku bingung. Keluargaku selalu mendesak agar aku segera kembali kerumah dan meninggalkan Seungwoo. Awalnya aku tidak mau, tapi apa dayaku.. Aku memang lemah, aku memang bodoh, tapi aku menyesal. Aku menyesal telah meninggalkan mereka berdua. Aku..”

“Percuma Jihyun. Aku rasa sekarang kau hanya bisa berdoa agar Siwon masih memiliki sedikit rasa cinta untukmu. Aku benar-benar tidak tahu..”

“Siwon hyung tidak mungkin memaafkanmu umma.” Yunho memotong ucapan Hwangsoo dengan nada getir disuaranya.

“Yunho..”

“Itu benar umma. Jika aku ada diposisi Siwon hyung, aku justru tidak akan mau melihatmu lagi. Tapi dia.. Dia bertahan bekerja dibawahmu demi appa. Demi appa yang kau tinggalkan.”

“Yunho, kau harus mengerti nak. Umma..”

“Tidak! Jangan sentuh aku, umma! Jangan dekati aku! Aku tak mau jadi anak durhaka karena melawanmu tapi aku juga tidak bisa menutup mataku setelah mengetahui semua ini.” Jihyun merasa terluka menyaksikan putra bungsunya sekarang juga ikut membenci dirinya. Jihyun merasakan kedua pipinya semakin basah karena airmata yang mengalir turun. Yunho tidak mau meliha kearah Jihyun. Dia tidak mau menyaksikan ibunya menangis karena dirinya. Dia takut dia kan luluh jika melihat airmata Jihyun. Yunho tidak mau itu terjadi disaat dia ingin agar Jihyun menyadari bahwa kesalahan yang dia perbuat sangat fatal akibatnya. Yunho kemudian berdiri, beranjak menuju pintu keluar. Namun belum sempat dia pergi terlalu jauh, Jihyun menahannya. Dia ikut berdiri dan mengikuti Yunho dari belakang.

“Yunho, kau mau kemana nak? Umma mohon dengarkan umma dulu. Umma mohon kau juga jangan menjadi membenci umma. Umma tidak tahu lagi harus bagaimana jika kau juga membenci umma nak..” Yunho menghentikan langkahnya sesaat lalu berbalik dan menghela nafas pelan. Dia menggelengkan kepalanya sebelum menanggapi ucapan Jihyun.

“Aku tak tahu apa yang aku rasa sekarang umma. Dan sebaiknya aku tidak melihatmu dulu.”

“Yunho.. Tidak.. tidak.. Tidak Yunho! Umma mohon… jangan seperti ini..”

“Aku harus pergi.” Dengan berkata seperti itu Yunho melanjutkan kembali langkahnya dan menghilang dibalik pintu.

“Yunho! Yunho mau kemana kau nak?! Yunho!”

“Sudahlah Jihyun. Biarkan Yunho pergi. Dia perlu menenangkan dirinya dulu.”

“Tapi Hwangsoo..”

“Biarkan dia. Aku masih ada satu pertanyaan yang harus kau jelaskan Jihyun.” Mendengar nada serius dari Hwangsoo, akhirnya Jihyun kembali diam dan duduk kembali. Menunggu apa yang akan ditanyakan oleh Hwangsoo.

“Jihyun, tolong katakan dengan jujur. Mengapa hanya Yunho yang kau bawa waktu itu?” Jihyun terdiam. Dia takut Hwangsoo akan semakin marah dan kecewa terhadapanya jika dia tahu alasan kenapa hanya Siwon yang dia tinggal bersama dengan Seungwoo.

“Ayo Jihyun jawab!” desak Hwangsoo. Jihyun sedikit tersentak karena suara keras Hwangsoo. Dia menundukkan kepalanya lagi. Dan kali ini dengan suara pelan dan sedikit keras karena terlalu sering menangis, Jihyun menjawab Hwangsoo.

“Karena keluargaku hanya mau menginginkan aku dan Yunho saja.”

“Tapi kenapa? Keluargamu terbilang berada Jihyun. Kenapa satu orang anak lagi mereka tidak mau merawat?” Jihyun masih menundukkan kepalanya karena dia sudah bisa menduga apa reaksi Hwangsoo saat dia memberikan alasan mengapa keluarganya tidak mau Jihyun membawa serta Siwon.

“Karena keluargaku menganggap Siwon sebagai pembawa sial.”

“Apa?! Pembawa sial?! Omong kosong apalagi ini?!” Jihyun semakin menundukkan kepalanya. Dia menutupi wajahnya sambil menangis. Hwangsoo benar-benar tidak bisa berkata apa-apa lagi. Semua sudah diluar akal sehatnya untuk bisa memahami situasi Jihyun dan keluarganya. Hwangsoo sendiri menjadi ragu akan ikatannya dengan Jihyun sekarang. Apakah hubungan yang didasari oleh kebohongan seperti ini bisa terus berlanjut.

“Aku rasa sebaiknya kita juga tidak bertemu dulu Jihyun. Kebetulan aku harus keluar kota untuk urusan bisnis. Kita akan membicarakan lagi soal ini.”

“Soal apa lagi Hwangsoo? Aku sudah mengatakan apa yang harus kukatakan. Apa yang harus kita bicarakan lagi?”

“Aku ingin membicarakan soal kita.”

“Hwangsoo…”

Kediaman Keluarga Yoo

“Aduh! Jangan kasar-kasar nona muda.” Keluh Siwon sambil berkali-kali memegangi tangan Kyuhyun yang sedang mengobati luka disudut bibir Siwon dan di pipinya. Lebam akibat pukulan keras Yunho mulai terlihat ketika semuanya sampai ke rumah keluarga Yoo. Siwon dan Kyuhyun hanya berdua di ruang keluarga, sedangkan Kangin sedang membantu Hyunjae memindahkan barang-barang Siwon ke kamar tamu yang telah disulap menjadi kamar Siwon.

Siwon ingin membantu, namun dilarang oleh Hyunjae karena luka Siwon harus diobati dulu. Hyunjae meminta Kyuhyun untuk mengobati luka Siwon karena Hyori masih sibuk mempersiapkan makan siang. Walau dengan raut wajah malas-malasan, Kyuhyun menerima tugas tersebut. Tapi Hyunjae tahu Kyuhyun dengan senang hati melakukannya. Terlihat dari senyum kecil yang Kyuhyun kira tidak ada yang melihatnya, tetapi mata tua Hyunjae masih sanggup menangkap senyum dan semburat merah di pipi Kyuhyun. Hyunjae juga tidak melewatkan sikap Siwon yang langsung terdiam meskipun hanya sebentar ketika Hyunjae meminta Kyuhyun mengobatinya. Siwon juga tampak berpura-pura enggan untuk diobati dengan beralasan bahwa Kyuhyun tidak akan bisa melakukan tugas itu. Sikap itu justru membuat Kyuhyun bertekad akan menunjukkan pada Siwon bahwa tugas yang diberikan oleh Hyunjae bisa dia kerjakan dengan baik dan membuat Siwon menarik kata-katanya.

Jadi sekarang, disinilah mereka berdua, duduk di sofa, saling berhadap-hadapan. Suasana sempat canggung, sampai Kyuhyun akhirnya memberanikan diri membubuhkan obat disekitar luka disudut bibir Siwon dan mengkompres lebam di pipi Siwon. Kyuhyun sebenarnya melakukan tugasnya dengan baik, namun sifat jahil Siwon muncul ketika melihat wajah Kyuhyun yang sangat berkosentrasi dengan luka diwajahnya dan sempat membuat Siwon malu karena dia bisa melihat secara jelas kecantikan Kyuhyun. Siwon selalu mengeluhkan tekanan jari Kyuhyun dilukanya. Padahal Siwon tidak terlalu merasakan sakit seperti awal tadi di pemakaman. Kyuhyun yang selalu mendapay keluhan dari Siwon dan juga ketika mendengar Siwon memanggilnya dengan sebutan nona muda, mencubit pinggang Siwon dengan keras.

“Auch! Aduh.. aduh.. Iya.. iya.. Aku tidak akan memanggilmu nona muda lagi. Stop Kyu! Sudah jangan mencubitku lagi.” Ujarnya sambil menahan tangan Kyuhyun yang terus mencubiti pinggang Siwon. Kyuhyun membiarkan tangannya digenggam begitu saja oleh Siwon karena dia kesal melihat senyum Siwon yang seolah mengejeknya walau Siwon juga meringis karena cubitan Kyuhyun. Kyuhyun mengembungkan pipinya kesal, membuatnya terlihat sangat imut.

“Habisnya kau itu menyebalkan!” Siwon hanya tertawa kecil melihat Kyuhyun bersikap seperti itu. Tanpa sadar Siwon mengacak-acak rambut Kyuhyun dengan tangannya yang bebas.

“Iya..iya.. aku minta maaf.”

“Huh! Tidak akan kumaafkan.” Ketus Kyuhyun sambil memalingkan wajahnya membelakangi Siwon walau tanggannya masih dalam genggaman Siwon. Siwon tertawa kecil melihat Kyuhyun semakin bersikap seperti ini. Siwon lalu manrik sedikit tangan Kyuhyun, membuatnya menoleh kembali kearah Siwon.

“Ayolah.. Aku hanya becanda. Maafkan aku.” Siwon mengeluarkan memohon sambil membuat matanya sememelas mungkin. Kyuhyun masih saja cemberut, namun sedetik kemudian dia tersenyum.

“Huh! Baiklah. Tapi hanya kali ini. Awas kalau kau memanggilku dengan nama menyedihkan itu lagi.” Siwon tertawa lagi sambil mengacak rambut Kyuhyun. Dia menggelengkan kepalanya karena sikap keras kepalanya itu.

“Kau ini. Kau seharusnya memanggilku oppa. Aku ini lebih tua darimu.”

“Kau mau aku maafkan tidak sih?!”

“Oke..oke.. Tapi kau tetap harus memanggilku oppa, Kyunnie.”

“Siwon!!” jerit Kyuhyun kesal sambil memukul lengan Siwon. Siwon justru semakin tertawa dengan tingkah kekanak-kanakan Kyuhyun. Saking gelinya, Siwon melepaskan tangan Kyuhyun, memegangi perutnya yang sakit karena tertawa terlalu keras.

“Ih, kau ini menyebalkan sekali.” Keluh Kyuhyun sebal. Dia masih sesekali memukul lengan Siwon ketika Siwon masih saja menertawakan dirinya. Namun, tiba-tiba Kyuhyun terdiam dan memandang Siwon sendu. Dia memanggil lirih Siwon yang sepertinya sudah bisa mengendalikan dirinya sendiri.

“Siwon.”

“Hm?”

“Aku turut berduka cita atas meninggalnya ahjussi Choi. Walau aku tak mengenalnya, aku yakin dia pasti pria yang hebat.” Siwon tersenyum senang mendengar kata-kata Kyuhyun.

“Terima kasih Kyu, dia memang pria super hebat.”

“Dan aku juga minta maaf jika selama ini aku merepotkanmu padahal kau waktu itu sedang sibuk mencari ahjussi Choi.” Siwon menatap Kyuhyun heran karena Siwon tidak menduga Kyuhyun tahu situasinya kala itu. Kyuhyun yang menyadari tatapan Siwon menjawb singkat.

“Aku tahu dari Yunho.” Siwon mengangguk paham. Seharusnya Siwon tahu bahwa Kyuhyun pasti tahu tentang dirinya dari Yunho. Ada sedikit perasaan kecewa mendengar Kyuhyun menyebutkan nama Yunho, namun Siwon pendam didalam hatinya karena dia tahu Kyuhyun dan Yunho dekat seperti itu karena mereka memang sepasang kekasih. Kyuhyun memandang Siwon lagi dan menyadari sorot mata pria dihadapannya ini masih memancarkan kesedihan. Tidak mau melihat Siwon seperti it uterus, Kyuhyun menggodanya lagi.

“Ya, ahjussi Choi memang orang yang hebat. Sayangnya dia mempunyai anak sepertimu.” Siwon yang mendengar Kyuhyun berbicara seperti itu, langsung mendelikkan matanya dan pura-pura marah padanya.

“Yah!!” Kyuhyun tertawa melihat mata Siwon yang melebar akibat godaannya tadi. Kyuhyun melepas tangannya untuk menutup mulutnya saat dia tertawa. Bagaimana pun dia masih menyadari bahwa dia seorang perempuan. Sementara itu Siwon yang melihat tawa Kyuhyun yang begitu indah dimatanya, menjadi ikut tertawa. Siwon serasa melepas sedikit kesedihannya akibat kepergian Seungwoo. Dia juga seakan melupakan sejenak bahwa Kyuhyun sudah memiliki seorang kekasih. Entah karena apa, tapi berada di dekat Kyuhyun seperti ini membawa nuansa lain terhadap Siwon. Siwon tidak mengira bahwa dia bisa bercanda seperti sekarang dengan gadis yang pertama kali membuatnya jengkel dan kemudian membuatnya tambah kerepotan dengan segala ulah usilnya selama dia bekerja dengan keluarga Jung.

Keduanya terus tertawa sampai beberapa saat. Ketika tawa mereka reda, entah pengaruh apa yang membuat mereka saling menyilangkan tangan mereka ke satu sama lain. Lengan ramping Kyuhyun memeluk leher Siwon sedangkan lengan kekar Siwon memeluk pinggang Kyuhyun. Siwon menyusupkan kepalanya di pertemuan antara bahu dan leher Kyuhyun. Kyuhyun sendiri membelai lembut rambut Siwon. Kyuhyun merasakan daerah sekitar leher dan bahunya basah. Menyadari bahwa Siwon menangis, Kyuhyun semakin memperat pelukannya. Keduanya terus berpelukan sampai Siwon yang melepas lebih dulu. Dia menyeka wajahnya dan tersenyum kepada Kyuhyun.

“Terima kasih Kyu. I really need a shoulder to cry on.

“Ya baguslah aku yang melihatmu menangis. Coba kalau gadis lain, kau sudah tidak laku lagi. Mana ada yang mau sama lelaki cengeng sepertimu.”

“Betul juga. Untung kamu yang melihat Kyu. Sayang, kau sudah punya pacar. Coba kalau masih sendiri, aku mau juga daftar jadi pacarmu.” Kyuhyun langsung terdiam ketika mendengar Siwon berbicara seperti itu. Kyuhyun tidak tahu mengapa, tapi hatinya kecewa saat Siwon mengingatkan dia akan statusnya yang kekasih Yunho. Siwon juga menyadari apa yang baru dia katakan dan ikut terdiam. Siwon tidak tahu apa yang harus lakukan jika dia berada di situasi seperti ini. Mencoba mengakhiri kebisuan yang canggung ini, Siwon membuka suaranya.

“Um.. Kyu, apa sudah selesai?” tanya Siwon canggung sambil mengarahkan jarinya pada luka-luka diwajahnya. Kyuhyun sedikit tersentak mendengar suara Siwon, namun dia bisa segera mengendalikan dirinya dan meraba wajah Siwon sekali lagi.

“Ah.. Tidak, aku belum selesai.”

“Sudahlah Kyu, biar aku lakukan sendiri. Lagipula aku sudah tidak merasa sakit lagi.”

“Diam dan biarkan aku berkerja. Aku tidak mau Yoo ahjussi sampai menegurku karena dia melihat tampangmu masih berantakan seperti ini.”

“Terserahmu sajalah.” Siwon menyerah. Dia membiarkan Kyuhyun menyelesaikan tugasnya. Mereka berdua terlalu sibuk dengan dunia mereka sendiri sampai tidak menyadari seseorang menatap mereka sejak awal mereka berpelukan. Mata itu menatap keduanya dengan pandangan yang tidak bisa diartikan.

TBC