Tags

, , ,

Title : Reverse Romance 1

Charas / Pairing : WonKyu, Heechul

Disclaimer : All casts are belong to their self and God

Warning : Un-betaed, Typos, GS, OOC, AU

( 。・_・。)(。・_・。 )

Ceroboh.

Aneh.

Jelek.

Kuno.

Miskin.

Dan sederetan nama-nama yang seharusnya tidak diucapkan kepada orang lain dengan mudahnya, selalu aku dapatkan ketika aku menginjakan kakiku di kampus ini.

Kampus swasta terkenal berisi anak-anak kaya.

Yah, walau…

Walau sebagian besar memiliki otak yang juga sepadan dengan kelebihan materi mereka.

Sisanya,

Sisanya adalah orang-orang yang bersembunyi dibalik ketiak orang tua mereka namun dengan sombongnya memamerkan apa yang bukan merupakan hasil kerja keras mereka sendiri.

Seperti segerombolan gadis-gadis bermake up tebal nan minim busana di hadapanku saat ini.

“Kau pikir siapa dirimu, hah?” geram seorang gadis berambut merah, jelas hasil pengecatan, diarahkan kepadaku.

Jujur saja, mendengar nada suaranya itu sangat menyakiti telingaku. Apalagi melihatnya secara langsung. Siapa yang tahan dengan dandanannya itu? Mencolok dan berkelap kelip seperti lampu disko. Maksudku, aku tahu gliter cukup bagus dipakai untuk tambahan make up, namun tidak sebanyak itu. Aku yang jarang menggunakan make up saja tahu mana yang jelek mana yang bagus. Dan percayalah, gadis ini tidak tahu dirinya terlalu banyak memakai gliter.

Way too much, honey. Way too much.

Namun aku tidak mengatakannya langsung. Hei itu bukan urusanku. Aku hanya menjawab karena dia bertanya.

“Cho Kyuhyun, mahasiswi pindahan dari SNU.” Jawabku datar, tanpa ada maksud sama sekali. Hanya saja, mungkin baginya ada kata-kataku yang salah karena dia terlihat semakin marah.

“Sombong sekali kau! Kau pikir kau begitu cerdas hanya karena pindahan dari SNU? Dasar gadis beasiswa miskin!” teriaknya keras. Sangat keras sampai aku harus menjauh sedikit.

God! She like a freaking banshee!

“Aku memang cerdas maka dari itu aku bisa mendapatkan beasiswa.”

Oh Tuhan! Kenapa aku justru mengatakan itu? Mulutku, harimauku. Yah, walau aku memang hanya mengatakan kebenaran sih. Tapi terkadang silent is golden itu harus aku terapkan agar diriku selamat dari mara bahaya seperti,

Brugh!

Lemparan tas ke kepalaku.

“Kau!” raung gadis itu, begitu marah denganku sampai dia berani melempar tasnya ke arahku.

Aww! Sepertinya kepalaku benjol.

“Tiff, sudahlah. Kita bisa kena masalah jika terus melakukan ini.”

Aku mengalihkan pandanganku dari tas yang tergolek di tanah ke arah seorang gadis tinggi teman si gadis pembully. Dari raut wajahnya, aku bisa melihat bahwa gadis itu tidak suka dengan perbuatan gadis dengan nama Tiffany itu.

Well, aku juga tidak suka sih. Gadis sialan yang membuat kepalaku benjol.

“Masalah? Yang ada juga pihak sekolah akan membelaku, Sooyoung. Mereka tidak akan berani berbuat apapun. Aku bisa membuat appa mencabut dana sumbangannya kepada kampus ini. Jadi kau tak perlu takut.”

Aku menangkap kesombongan dari nada suaranya.

Cih, dan dia mengatakan aku sombong padahal dirinya sendiri lebih sombong.

“Tapi-“

“Percuma Sooyoung, Tiffany terlalu keras kepala untuk bisa kau larang. Biarkan saja dia.” Ucap gadis lainnya kepada gadis bernama Sooyoung. Aku melirik gadis itu sejenak sebelum kembali menatap Sooyoung. Dalam hati aku mengumpat gadis itu karena bermaksud membuat Sooyoung menyerah.

Dan hal itu terjadi juga.

Fine. Tapi aku tidak mau terlibat lebih jauh. Aku pergi.” Cibir Sooyoung sebelum berbalik dan pergi. Namun sebelum itu, dia sempat menoleh ke arahku dan memandangiku sejenak. Dari tatapannya aku bisa menarik kesimpulan bahwa dia tidak enak kepadaku.

Yah, aku berterima kasih kepadamu Sooyong-ssi. Meskipun akhirnya kau pun tidak bisa mengeluarkanku dari situasi menyebalkan ini.

“Apa? Sooyoung! Sooyoung!! SOOYOUNG!!!”

Argh! Diamlah nenek sihir! Telingaku… Telingaku yang malang… Teriakannya semakin keras saja. Kenapa dia suka sekali berteriak? Apa pita suaranya tidak keberatan disuruh teriak-teriak terus? Benar-benar mengganggu!

“Apa urusan kalian sudah selesai denganku? Boleh aku pergi sekarang? Aku masih banyak urusan yang harus aku lakukan.” Ujarku sebelum aku membetulkan posisi tas punggungku dan bermaksud meninggalkan kegilaan makhluk-makhluk di hadapanku ini. Akan tetapi, niat tinggal niat, ketika lagi-lagi si Tiffany itu membuka mulutnya.

“KAU!!! Yuri! Hyoyeon! Bawa jalang ini ke tempat seharusnya dia berada.” Perintahnya. Begitu Tiffany memerintahkan kedua teman, atau lebih tepatnya anak buahnya itu, kedua gadis itu langsung memegang kedua lenganku dengan erat.

Mereka membawa, ah salah. Mereka menyeretku dengan paksa diikuti oleh Tiffany dan dua gadis lainnya. Aku tentu saja berontak dengan sekuat tenaga dan usahaku tidak sia-sia walau aku malas berolahraga. Aku bisa melepaskan diri dari cengkraman mereka.

Tanpa membuang waktu, aku berlari menjauh dari mereka. Siapa yang mau berlama-lama dengan parasit? Sialnya, mereka juga berlari mengejarku. Tampaknya mereka begitu ‘menyayangiku’ sampai-sampai tidak mau pisah dariku.

Aku terus berlari dan berlari sambil sesekali melihat ke belakang, memastikan apakah mereka masih mengejarku atau tidak. Di saat itulah, saat aku menoleh ke belakang dan tidak menyadari seseorang di depanku, tubuh ini dengan mulus menabrak seseorang.

Tubuh ini menabrak-nya.

Bruak!

“Auch! Sakiittt!” rintihku kesakitan. Lumayan juga sakit yang aku rasakan saat tubuhku beradu dengan kerasnya dengan tanah belakang kampusku. Apalagi jatuhku sangat tidak elit, yaitu menungging. Entah bagaimana ceritanya aku bisa terjerembab dengan wajahku terlebih dulu, yang pasti hal itu sukses membuatku malu setengah mati.

“Aduh… Sial sekali sih hari ini.” Keluhku dengan semua yang menimpaku hari ini.

Oh tidak, peristiwa dengan gadis Tiffany tadi bukan peristiwa satu-satunya. Aku sudah sial sejak menjejakan kaki di kampus ini 2 bulan yang lalu. Mulai dari salah masuk kelas, salah kostum yang membuatku dijuluki gadis ‘kudet’, sering jatuh dengan wajah lebih dulu mencium lantai tiap kali ada kegiatan kemahasiswaan, ditambah aku adalah satu-satunya mahasiswi beasiswa pindahan dari kampus yang cukup terkenal dengan kualitas otak mahasiswa dan mahasiswinya, dan banyak lagi yang membuat masyarakat kampus ini membenciku atau menganggapku seperti hantu atau benalu atau makhluk yang menjijikan. Dan sekarang, aku harus terjatuh dengan memalukan selagi aku berusaha menghindari para nenek sihir itu.

Oh Tuhan… Jangan sampai mereka bisa menyusulku.

“Itu dia! Jangan sampai lepas!”

Great. Thank you so much God! Sinisku walau tidak seharusnya aku lakukan. Aku bisa kualat kalau menyalahkan Tuhan tapi aku sudah sangat sial dan Tuhan masih saja memberiku cobaan. Aku sudah paham akan anugerahmu Tuhan, so tone down a bit please.

Kembali lagi kekeadaanku sekarang. Aku berusaha bangkit meski agak sulit dengan kakiku yang memilih waktu yang tidak tepat untuk terkilir. Ketika aku berhasil berdiri dan berusaha mengambil tas punggungku, aku merasakan satu sentakan di lenganku, membuatku berdiri dengan tegak ditemani dengan kesakitan luar biasa karena kakiku yang terkilir.

Aku menduga gadis Tiffany itu yang memegangku, namun begitu telingaku menangkap suara berat seorang lelaki, yang sangat aku kenal, aku lebih suka jika Tiffany yang menangkapku.

“Kau kenapa?” tanya pemuda itu. Aku mendongak untuk melihat pemuda tersebut dan ketika aku tahu siapa dia, aku menghela nafas panjang sebelum menjawab dengan jujur. Berbohong juga percuma, pasti dia akan tahu kebenarannya. Mata-mata pemuda ini begitu banyak.

“Dikejar. Tiffany. Bully?” ujarku singkat dengan sedikit keraguan di akhir kata. Ya, aku tak yakin jika yang terjadi padaku adalah bully sementara aku sendiri merasa tidak begitu. Aku terlalu malas untuk merasa di bully oleh orang-orang yang mengeja kata family saja salah. Family dengan akhiran y, bukan i.

“Pulang. Kau terluka.”

Aku menggeram kesal. Aku bicara singkat kenapa dia juga ikut-ikutan sih! Aku menatapnya tajam yang seharusnya membuat pemuda itu takut atau merasa tidak enak hati. Tapi apa yang aku dapat, dia malah mendengus remeh dan menyeringai.

Grrr! Pemuda ini lebih menyebalkan sejuta kali lipat dari Tiffany itu. Aku heran kenapa aku bisa bertunangan dengan dia.

Eh?

Tunangan?

Ya, dia tunanganku karena perjodohan konyol dari mendiang kakek nenek kami berdua. Dan karena perjodohan ini pula, aku harus melepaskan beasiswa SNU yang sudah susah payah aku dapatkan.

Kenapa aku tidak memberontak?

Alasannya cukup sederhana. Karena kedua orang tuaku dan orang tuanya setuju dengan perjodohan kami.

Lalu kenapa aku mau saja pindah ke kampus ini padahal aku sudah berhasil masuk SNU?

Lagi-lagi jawabannya cukup sederhana.

Orang tua kami ingin kami menjadi lebih dekat dan saling mengenal satu sama lain dan karena aku adalah tipikal anak yang berbakti kepada kedua orang tua, apalagi jika salah satu dari orang tua itu adalah seorang wanita mengerikan bernama Kim Heechul, sudah pasti kau akan menurut layaknya kerbau yang dicucuk hidungnya.

Oh ya sayang. Kau benar-benar akan menjadi anak yang sangat berbakti sampai kau ingin muntah karenanya.

Please jangan bilang-bilang kepada ummaku, aku mengatakan dia wanita mengerikan oke. Aku masih ingin hidup.

Oke. Kembali ke inti cerita. Sang iblis wanita a.k.a. ummaku tersayang meminta dengan sangat ‘manis’ kepadaku untuk pindah kampus ke kampus yang sama dengan tunanganku itu. Mau tidak mau, aku menuruti kemauan umma dan pindah.

Sebenarnya bukan masalah kampusnya yang membuatku kesal. Namun lebih kepada orang-orang yang ada didalamnya. Seperti yang sudah diceritakan diatas tadi, aku sudah menjadi target dari yang namanya ‘gang mean yet popular girls’. Belum lagi mahasiswa-mahasiswi disini yang sangat, aku ulangi, sangat menilai orang lain dari tampilan luarnya.

Well, walau aku tidak menyangkal hampir semua lapisan masyarakat di negaraku ini begitu, tapi disini benar-benar ekstrem. Tidak ada toleransi sama sekali.

Bodoh. Ceroboh. Aneh. Jelek. Kuno. Miskin. Dan julukan negatif lainnya adalah hal yang tabu disini. Hidupmu kelar jika kau menyandang salah satu kata itu.

Lalu aku, aku menyandang hampir semuanya. Yah, aku masih beruntung karena aku tidak bodoh. Justru bisa dibilang aku ini jenius. Tapi jenius saja tidak akan cukup untuk berada disini. Dengan segudang kekuranganku, aku adalah sasaran empuk pem-bully-an. Terlebih lagi…

Terlebih lagi…

“Siwon oppa!”

“Siwon sunbae! KYA!!! Tampannya!”

“Siwonnie! Kau disini? Aku kangen!”

“Kya!! Pangeran kampus kita semakin tampan dan gagah!”

“Aku cinta kamu Siwonnie!”

“Aku tidak tahan! Dia terlalu memukau! GYAA!!!”

“Nikahi aku Siwon oppa!”

“Selingkuh denganku Siwon sunbae!”

“Hamili aku Siwon oppa!”

Terlebih lagi jika semua penghuni freak show ini tahu kalau aku adalah tunangan seorang Choi Siwon, sang pangeran kampus.

Aku mengerang sebal dengan teriakan-teriakan tak masuk akal gadis-gadis itu. Sejak kapan mereka ada disini? Bukannya tadi hanya ada Tiffany dan teman-temannya? Argh! Whatever! Dua-duanya sama-sama menyebalkan. Yang penting, satu pengganggu hilang.

Lalu, bagaimana dengan gadis-gadis tadi? Seperti yang aku katakan tadi.

Mereka.

Menyebalkan.

Sangat.

Yah, mungkin wajar saja mereka berteriak begitu ketika bertemu idola mereka di kampus. Tapi apa harus sampai minta di nikahi, dijadikan selingkuh, bahkan sampai dihamili?

Yang benar saja!

“Kau cemburu?” bisik suara mengesalkan itu ditelingaku. For your information, aku biasanya tidak terpengaruh dengan bisikan-bisikan setan berwajah malaikat. So seharusnya aku juga tidak terpengaruh dengan bisiskan Siwon karena aku sedang kesal kepadanya. But God, his voice is so freaking sexy.

Tunggu…

YAH! Kenapa aku juga jadi seperti gadis-gadis kurang bahan itu?

Choi Siwon sialan!

“Hm? Mana jawabanku?” tanyanya lagi karena aku hanya terus menekuk wajahku sembari mengerucutkan bibirku. Aku tidak menyadari pandangan ingin menerkam dari Siwon karena aku tidak melihat ke arahnya.

“Cho Kyuhyun. Jawabanku.” Desaknya otoriter. Sial! Kalau dia bukan tunanganku, sudah aku cakar wajahnya. Memangnya siapa dia, beraninya menyuruhku seenaknya perutnya? Tapi aku tidak akan melakukannya. Sayang… Wajahnya terlalu tampan untuk dicakar.

Eh? Fokus Cho Kyuhyun. Fokus.

“Tidak. Aku tidak cemburu!” sahutku yakin walau sebenarnya tidak. Oh ayolah! Walau aku belum tahu apakah aku menyukainya, tapi siapa yang tidak cemburu jika tunanganmu dikelingi dan dipuja-puja oleh banyak gadis.

“Kyuhyun.” Double sial! Kenapa sih dia itu seksi sekali? Aura dominan dan kemaskulinannya membuat tubuhku panas. Belum lagi suara berat nan seksinya yang membuatku tidak bisa berbohong sehingga tanpa sadar aku mengangguk singkat, mengakui kekalahanku.

Aku tidak tahu bagaimana wajah Siwon sekarang namun yang aku tahu sepertinya dia puas dengan jawabanku.

Kenapa?

Karena Siwon langsung membopong tubuhku dan membawaku menjauhi kerumunan gadis-gadis yang entah sejak kapan jadi begitu banyak. Dengan lembut pangeran kampus ini menggendong si bebek buruk rupa ini seperti menggendong seorang tuan putri sambil sesekali memasang tatapan dingin menusuk kepada setiap orang yang mengganggu jalannya.

Lalu bagaimana denganku?

Aku hanya bisa menundukkan kepalaku, menyembunyikan senyum simpul dan wajah memerah layaknya tomat rebus.

Apa ini yang disebut malu-malu macan?

TBC

( 。・_・。)(。・_・。 )

n4oK0’s notes : Hola amazing readers. Nao is back dengan FF baru untuk mengakhiri tahun 2016 ini. Nao belum tahu apakah FF ini akan berakhir disini atau dilanjut karena kali ini semua tergantung amazing readers \_~(˘▾˘~) Review yang akan Nao terima akan menjadi penyemangat Nao untuk buat lanjutannya. Jadi, berikan Nao motivasi ya (づ ̄ ³ ̄)づ

Lalu, karena ini adalah hari terakhir Nao wara-wiri di WP. Nao mau ngucapin,

Selamat Tahun Baru 2017

Semoga menjadi tahun yang penuh berkah untuk semua amazing readers.

Udah itu aja. As usual, gomen untuk typos or mistake di FF ini. Namanya manusia ga jauh dari salah, tapi Nao sebisa mungkin memperbaiki kesalahan Nao.

Maacih amazing readers \(´▽`)/

Keep Calm and Ship WonKyu (kali ini WonKyu dulu aja) ;D

Sankyu and Peace all

^^n4oK0^^